Jumat, 21 Desember 2012

Penelitian Akbid Banua Bina Husada


Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Payudara Selama Kehamilan di Wilayah Puskesmas Sungai Tabuk

 
BAB  I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
  Kebijakan pemerintah dalam pembangunan kesehatan ibu dan anak adalah harapan bangsa dimasa yang akan datang. Kemajuan bangsa dimasa yang akan datang akan sangat bergantung dari kondisi kesehatan anak saat ini dalam rencana pembangunan kesehatan 2010 terdapat beberapa program unggulan yang berhubungan dengan kesehatan, contohnya kesehatan ibu dan anak termasuk perawatan payudara selama kehamilan.
Sejak awal kehamilan, hormon merangsang perkembangan sel-sel produksi susu dari alveoli. Hormon yang paling penting dalam pembentukan air susu adalah prolaktin, yang mulai bekerja sejak kehamilan berusia 8 minggu. Hormone ini juga menjaga keseimbangan banyaknya hormon estrogen yang dibuat oleh plasenta (Kramadibrata, 2008).
Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai menyusui. Hal ini karena payudara merupakan satu-satunya penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir, sehingga perlu dilakukan sedini mungkin (Suririnah, 2008).
Keberhasilan proses menyusui sangat ditentukan oleh struktur putting susu dan areola. Putting susu mengandung otot polos yang dapat berkontraksi saat rangsangan menyusui. Secara normal bentuk putting susu yang datar dan masuk kedalam. Kondisi putting susu seperti ini dapat menyebabkan kegagalan menyusui. Pada kondisi ini, seorang ibu harus memperoleh perawatan payudara sebelum masa menyusui dimulai (Huliana, 2006)
Semakin sering bayi menghisap payudara ibunya, maka akan bertambah volume ASInya, sehingga tidak mungkin ASI yang diproduksi akan berkurang. Kalaupun memang tidak keluar, itu dikarenakan teknik menyusui yang tidak benar (Anonymous, 2010).
Manfaat perawatan payudara selama hamil yaitu menjaga kebersihan payudara terutama kebersihan putting susu, melenturkan dan menguatkan putting susu sehingga memudahkan bayi untuk menyusui, merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI banyak dan lancar, dan dapat mendeteksi kelainan-kelainan payudara secara dini dan melakukan upaya untuk mengatasinya (Anwar, 2003)
Manfaat perawatan payudara selama hamil yaitu menjaga kebersihan payudara terutama kebersihan putting susu, melenturkan dan menguatkan putting susu sehingga memudahkan bayi untuk menyusui, merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI banyak dan lancar, dan dapat mendeteksi kelainan-kelainan payudara secara dini dan melakukan upaya untuk mengatasinya (Anwar, 2003)
Perawatan payudara dianjurkan mulai dilakukan setelah kehamilan berusia 5-6 bulan, karena jika sejak awal kehamilan sudah dilakukan perangsangan putting susu, dapat menimbulkan kontraksi rahim. Teknik menyusui yang tidak benar selain dapat mengurangi produksi ASI juga dapat menimbulkan masalah-masalah pada payudara, seperti: bengkak, putting susu lecet/ luka, tersumbat dan abses payudara (Neilson, 2005). Akan tetapi, pada kenyataannya banyak ibu hamil mengabaikan perawatan payudara. Ini dikarenakan ibu malas atau sesungguhnya ibu belum mengetahui manfaatnya. (Dedek. 2008).
Apabila selama kehamilan ibu tidak melakukan perawatan payudara dan perawatan tersebut hanya dilakukan pasca persalinan, maka akan menimbulkan beberapa permasalahan, seperti ASI tidak keluar atau ASI keluar setelah beberapa hari kemudian, puting susu tidak menonjol sehingga bayi sulit menghisap, produksi ASI sedikit, dan tidak cukup dikonsumsi bayi, infeksi pada payudara, payudara bengkak, bernanah, dan muncul benjolan di payudara.
      Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Gambaran tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perawatan Payudara Pada Masa Hamil di wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk Kabupten Banjar Kalimantan Selatan.

 


 


BAB II
PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas yaitu teknik menyusui yang tidak benar selain dapat mengurangi produksi ASI juga dapat menimbulkan masalah-masalah pada payudara, seperti: bengkak, putting susu lecet/ luka, tersumbat dan abses payudara. Akan tetapi, pada kenyataannya banyak ibu hamil mengabaikan perawatan payudara. Ini dikarenakan ibu malas atau sesungguhnya ibu belum mengetahui manfaatnya. Maka dapat dirumuskan permasalahan bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu hamil tentang Perawatan Payudara Pada Masa Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan ?














BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A.  ANATOMI DAN FISIOLOGI PAYUDARA
Kelenjar mammae seorang wanita mulai berkembang pada pubertas akibat pengaruh hormon dari ovarium. Estrogen merangsang pertumbuhan duktus, progesteron merangsang tumbuhnya alveoli. Setelah pubertas, kelenjar mammae bertambah besar akibat bertumpuknya lemak dalam jaringan ikat. Kelenjar mammae baru berkembang sempurna pada kehamilan, dengan makin banyaknya duktus dan alveoli. Kelenjar mammae terdiri atas 15-20 lobi, masing-masing dibagi dalam lobuli. Di dalam lobuli terdapat alveoli, yaitu sel sekresi kelenjar. Sekret dikumpulkan dalam duktus laktiferus. Duktus ini menuju ke papilla mammae dan disitu melebar menjadi ampula atau sinus laktiferus. Kelenjar mammae tidak aktif sampai kehamilan merangsangnya menghasilkan susu (laktasi). Estrogen merangsang pertumbuhan duktus intra-lobular, dan progesteron merangsang pertumbuhan alveoli dan pekembangan sel sekresi. Hormon-hormon lain juga penting seperti “growth hormone”, prolaktin, tiroksin dan adrenokortikoid.    /////
/           Setelah melahirkan, kelenjar mammae menghasilkan kolostrum. Kadar estrogen darah menurun, merangsang hipofisis anterior menghasilkan prolaktin. Prolaktin inilah yang merangsang laktasi. Produksi susu dimulai 3-4 hari sesudah melahirkan. Hormon oksitosin (dari hipofisis posterior) mengeluarkan susu dari alveoli ke duktus. Sekresi oksitosin dipicu oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi.
B.   LAKTASI
a.  Perkembangan kelenjar Mammae
Kelenjar mammae mulai berkembang waktu pubertas perkembangan ini dirangsang oleh estrogen yang berasal dari siklus yang berlangsung setiap bulan yang merangsang pertumbuhan stroma dan sistem saluran dan penimbunan lemak yang memberikan massa pada kelenjar mammae. Akan tetapi, pertumbuhan banyak bertambah selama kehamilan, dan jaringan kelenjar hanya berkembang sempurna selama pembentukan air susu.
            Selama kehamilan, estrogen yang disekresi dalam jumlah besar oleh plasenta menyebabkan sistem saluran kelenjar mammae juga bertambah jumlahnya, dan sejumlah besar lemak diletakkan dalam stroma.
            Hormon pertumbuhan dalam jumlah moderat dari hipofisis atau laktogen plasenta manusia dari plasenta dalam jumlah moderat juga diperlukan oleh estrogen untuk menimbulkan efek pada kelenjar mammae. Dua hormon yang terakhir ini keduanya menyebabkan penyimpanan protein dalam sel-sel kelenjar, yang penting untuk pertumbuhan kelenjar.
            Perkembangan sistem lobulus-alveolus-peranan progesteron. Kerja sinergis estrogen dan hormon pertumbuhan hanya dapat menyebabkan sistem pertumbuhan lobulus alveolus primitif kelenjar mammae pada saat yang sama waktu duktus sedang tumbuh. Tetapi, kerja progesteron menyebabkan pertumbuhan lobulus-lobulus, pertunasan alveoli, dan perkembangan sekret khas dalam sel alveoli.
            Pada perkembangan kelenjar mammae dibantu juga oleh prolaktin dan hormon-hormon lain. Prolaktin adalah hormon yang mungkin paling berperan menyebabkan  sekresi susu setelah kelahiran bayi. Selain prolaktin paling sedikit terdapat tiga hormon dibutuhkan untuk memberikan dasar metabolisme yang sesuai sebelum kelenjar mammae berkembang. Hormon-hormon ini adalah hormon tiroid, kortikosteroid adrenal, dan insulin. Akan tetapi, hormon-hormon tersebut hanya mempunyai efek spesifik dalam perkembangan kelenjar mammae.
b.  Permulaan Laktasi
            Menjelang akhir kehamilan, kelenjar mammae ibu berkembang penuh untuk menyusui, tetapi hanya beberapa mililiter cairan disekresi setiap hari sampai setelah bayi dilahirkan, cairan ini dinamakan kolostrum pada hakekatnya mengandung protein dan laktosa yang sama jumlahnya seperti susu, tetapi hampir tidak mengandung lemak. Dan kecepatan maksimal pembentukan adalah sekitar 1/100 kecepatan pembentukan susu selanjutnya.
Tidak adanya laktasi selama kehamilan diduga disebabkan oleh efek penekanan progesteron dan estrogen pada proses sekresi susu kelenjar mammae dan juga penekanan sekresi prolaktin oleh hipofisis. Akan tetapi, segera setelah bayi dilahirkan, hilangnya sekresi estrogen dan progesteron yang mendadak oleh plasenta menghilangkan efek penghambatan kedua hormon ini dan diduga memungkinkan pembentukan prolaktin yang nyata oleh hipofisis. Prolaktin merangsang sintesis lemak, laktosa, dan kasein dalam jumlah besar oleh sel-sel kelenjar mammae, dan dalam 2-3 hari kelenjar mammae mulai mengsekresi susu dalam jumlah besar sebagai ganti kolostrum. Timbulnya sekresi susu yang mendadak memerlukan dasar sekresi hormon pertumbuhan dan kortikosteroid adrenal yang adekuat, disamping prolaktin.
            Sekresi prolaktin diatur oleh hipotalamus, sekresi sebagian besar hormon hipofisis anterior diperbesar oleh neuro sekresi “releasing factor” yang dihantarkan dari hipotalamus ke kelenjar hipofisis anterior melalui sistem portal hipotalamus hipofisial, sekresi prolaktin diatur oleh efek yang jelas berlawanan. Yaitu, hipotalamus mensintesis faktor penghambat prolaktin (FPP). Dalam keadaan normal, sejumlah besar FPP secara terus menerus dihantarkan ke kelenjar hipofisis anterior sehingga kecepatan normal sekresi prolaktin rendah. Akan tetapi, selama laktasi, pembentukan FPP sendiri ditekan. Dengan demikian memungkinkan kelenjar hipofisis anterior mengsekresi prolaktin dalam jumlah besar.
c.  Proses Ejeksi atau Pengeluaran Sekresi Susu
            Susu disekresi secara terus menerus ke dalam alveoli kelenjar mammae. Tetapi, susu tidak dapat mengalir dengan mudah dari alveoli ke sistem duktus. Oleh karena itu, secara terus menerus tidak dapat keluar dari puting susu, sebagai gantinya, susu harus diejeksikan atau dikeluarkan dari alveoli ke duktus sebelum bayi dapat memperolehnya. Proses ini disebabkan oleh gabungan refleks neurogenik dan hormonal yang menyangkut hormon oksitosin sebagai berikut :
Bila bayi menghisap susu, impuls sensoris dihantarkan melalui saraf somatis ke medula spinalis dan kemudian ke hipotalamus. Impuls ini menyebabkan sekresi oksitosin dan dalam arti yang kurang penting, vasopressin. Kedua hormon ini, terutama oksitosin, mengalir dalam darah menuju ke kelenjar mammae dimana ia menyebabkan sel-sel mioepitel sekitar dinding luar alveoli berkontraksi, dengan demikian memeras susu dari alveoli ke duktus. Jadi, dalam 30 detik sampai 1 menit setelah bayi mulai menghisap kelenjar mammae, susu mulai mengalir.
C.  PERAWATAN PAYUDARA
a.Perawatan payudara pada masa hamil
Tujuan perawatan payudara pada masa hamil yaitu :
1)      Memelihara kebersihan payudara.
2)      Melenturkan dan menguatkan puting susu.
3)      Mengeluarkan puting yang tertarik kedalam
4)      Mempersiapkan produksi ASI.
Teknik Perawatan Payudara:
a.       Licinkan kedua telapak tangan dengan sedikit minyak.
b.      Kompres puting susu dengan kain/kapas yang diberi minyak selama beberapa saat agar kotoran mudah dibersihkan.
c.       Tarik kedua puting susu keluar sambil diputar ke kiri 20 kali dan ke kanan 20 kali.
d.      Pegang pangkal payudara dengan kedua tangan, lalu urut dari pangkal payudara kearah puting sebanyak 30 kali.
e.       Pijat puting susu hingga keluar cairan, untuk memastikan bahwa saluran susu tidak tersumbat.
f.       Bersihkan puting susu dan sekitarnya dengan handuk yang kering dan bersih.
g.      Janganlah menggunakan BH yang menekan payudara, tapi gunakan BH yang menopang payudara.
Jika puting susu datar tertarik ke dalam, cara merawatnya sebagai berikut:
1.  Letakkan kedua ibu jari di atas dan di bawah puting susu.
2.   Regangkan daerah areola dengan menggerakkan kedua ibu jari kearah bawah sebanyak 20 kali.
3.   Letakkan kedua ibu jari di samping kiri dan di samping kanan putting susu.
4.   Regangkan daerah areola dengan menggerakkan kedua ibu jari kearah kiri dan kearah kanan sebanyak 20 kali. Lakukan 2 kali sehari sejak usia kehamilan 3 bulan.
b.   Perawatan payudara pada masa nifas
Tujuan perawatan payudara pada masa nifas yaitu  :
1)      Untuk memelihara kebersihan payudara
2)      Memperbanyak dan memperlancar produksi ASI
                        Dalam masa nifas ini perawatan payudara dilakukan  :
a)Secara rutin.
b)      Perawatan payudara dan puting yang mengalami masalah.
c)Perawatan buah dada yang khusus ditujukan untuk memperbanyak air susu ibu.
Penjelasan :
a)      Secara rutin
Dimulai setelah ibu melahirkan, dilakukan pada waktu mandi. Buah dada dibersihkan dengan sabun dan air bersih, puting susu diulas dengan minyak pengulas ditutup dengan kain kasa, kemudian memakai kutang yang sesuai besarnya agar dapat menahan buah dada sehingga buah dada membesar tidak tertekan oleh kutang yang kurang sesuai.
Pada waktu menyusui puting susu areola mammae dibersihkan dengan kapas yang telah direndam dengan air masak sebelum dan sesudah menyusui.
Membersihkannya beberapa kali sehingga kotoran atau kerak pada kutang susu terangkat, dan tidak masuk mulut dan tertelan oleh bayi. Bila air susu ibu tidak habis diisap bayi sisa air susu itu harus dikeluarkan, agar tiap kali bayi menghisap memperoleh air susu baru. Setelah menyusui selesai, puting susu dan sekitarnya dibersihkan dan keringkan dengan handuk, usai dengan minyak pengulas, tutup dengan kain kasa kemudian memakai kutang.
b)   Perawatan payudara dan puting yang mengalami masalah
(1)   Payudara terlalu penuh
Masalah ini diakibatkan oleh gelombang air susu, suplai getah bening, dan darah yang tiba-tiba muncul pada awal masa menyusui. Bendungan (engargement) ini normal. Hampir semua “Ibu baru”. Mengalaminya sampai tingkat tertentu dan apabila ditangani secepatnya, bendungan akan hilang dalam beberapa hari.
Perawatan
(a) Basuh kedua payudara dengan air hangat (dengan menggunakan kain flannel yang bersih), sampai air susu ke luar. Jika kedua payudara sudah terasa lunak, keringkan dan kemudian tekan dengan tangan sehingga air susu menetes keluar. Susui bayi secepatnya.
(b)   Keesokan harinya atau dua hari kemudian, susui bayi segera apabila merasa payudara penuh. Bangunkan bayi dan biarkan ia menghisap sepuasnya.
(c)    Apabila payudara terasa kencang sehingga putingnya terlihat rata, mandilah dengan air hangat. Berlututlah dan membungkuk dihadapan ember berisi air hangat sehingga kedua payudara terendam ke dalam air secepatnya, rendam terus sampai susu mengalir ke luar. Keluarkan sedikit susu sebelum mulai menyusui sehingga bayi mudah meraih puting. Tempatkan bayi sedemikian rupa dekat areola, sekitar 1 sampai 1½ inci dari ujung puting.
(d)   Setelah menyusui, periksa apakah payudara benar-benar lunak. Pijat daerah-daerah yang masih terasa keras dan tekan untuk mengeluarkan seluruh air susu dari salurannya. Jika mengalami pembengkakkan yang hebat di rumah sakit, dapat meminjam alat pemompa air susu.
(e)    Jika merasa demam dan nyeri, minumlah aspirin atau analgesik ringan.
(f)  Rasa tidak nyaman setelah menyusui dapat dihilangkan dengan mengompresnya dengan air hangat dan dingin bergantian, diikuti dengan pijatan lembut. Kedua cara ini dapat membantu mengeluarkan dan mengeringkan air susu yang masih menyembur.
(2) Puting Sakit
Banyak ibu baru yang putingnya luka pada hari-hari pertama menyusui. Keadaan ini kembali normal jika air susu mulai mengalir bebas.
Tetapi kesulitan ini kadang lebih menetap pada wanita yang berkulit sensitif atau yang mempunyai puting rata atau melesak ke dalam. Rasa sakit ini dapat juga disebabkan oleh isapan bayi pada ujung puting bukan pada areola. Si bayi dapat membuat puting lecet jika ia amat kelaparan dan tidak sabar lagi menunggu disusui.
Bahan-bahan yang mengiritasi atau mengeringkan kulit yang dimaksudkan untuk mengeraskan puting susu (sabun, alkohol, deodoran), akan memperparah lecet. Pelindung payudara dari plastik biasanya dapat dipakai untuk mengurangi rasa sakit pada puting, untuk lebih menonjolkan puting yang rata, atau untuk menadangi bocoran susuran. Tetapi alat ini membuat kulit disekitar payudara tetap basah
                        Perawatan
(a)    Janganlah berhenti menyusui. Susuilah bayi anda lebih sering, tetapi perpendeklah waktu “hisapan hikmat”. Saat bayi berhenti menelan setelah menghisap seluruh air susu yang tersedia. Angkatlah dia dengan hati-hati. Untuk mengurangi rasa sakit pada puting yang luka, dapat menyusui dengan lebih sering dan singkat. Pemberian ASI dilakukan disaat si bayi membutuhkannya. Keadaan payudara yang penuh sekali akan menambah rasa sakit pada puting yang lecet apabila disusukan pada bayi yang kelaparan. Mulailah dengan payudara yang putingnya lecet lebih ringan dan lakukan penyusuan dengan posisi berganti-ganti. Duduklah atau berbaring dengan posisi bergantian. Pegang sibayi dengan kepala ditangan dan kaki di bawah lengan ibu (pegangan sepak bola). Atau berbaringlah dengan bayi di samping ibu, dengan kaki bayi memanjang kearah bahu ibu.
(b)   Cobalah rileks sebelum menyusui. Tempatkan tubuh ibu pada posisi yang nyaman untuk bertahan selama 15-20 menit. Setelah itu mulailah kegiatan rutin “mengalirkan’ susu.
(c)    Usapkan butiran es untuk menghilangkan rasa sakit. Usahakan agar bayi dalam posisi yang benar pada areola, tetapi jika ternyata posisinya tidak benar, janganlah menariknya. Usahakan hentikan hisapannya dengan lembut. Hal ini dapat dilakukan dengan meletakkan jari tangan pada ujung mulutnya. Setelah puting terlepas, cobalah cari kembali posisi yang benar.
(d)   Jika putting susu tidak terbentuk dengan baik, cobalah mamakai penutup payudara, selama setengah jam sebelum menyusui supaya puting dapat menonjol lebih baik. Dengan demikian, bayi akan lebih mudah menghisapnya. Jagalah supaya penutup payudara tetap bersih. Lakukan sterilisasi sebelum mengenakannya.
(e)    Pelindung payudara plastik yang mempunyai puting karet diujungnya dapat melindungi puting yang lecet apabila sekali-kali dikenakan, tetapi hati-hatilah. Bersihkan dan sterilkan sebelum dikenakan dan janganlah mengenakannya terlalu lama. Bila dipakai terlalu lama, alat ini dapat menghambat stimulasi produksi air susu.
(f)    Membiarkan puting terbuka diantara saat-saat menyusui memberikan efek yang baik untuk penyembuhan luka. Tidurlah dengan tidak mengenakan busana pada malam hari. Disiang hari sekali-sekali lepaskan beha. Dua buah saringan teh plastik (tanpa pegangannya) dapat dipasang di dalam beha untuk melindungi puting dari lecet karena terkena gesekan bayi dan membuat udara dapat bersirkulasi. Apabila puting mulai sembuh, hati-hatilah mengganti beha. Gantilah beha sesering mungkin karena kain yang basah dapat menimbulkan luka lagi.
(3)  Puting Pecah
Kadang-kadang puting yang lecet dapat berkembang menjadi pecah-pecah pada pangkalnya. Ini menimbulkan nyeri yang akut serta dapat menyebabkan puting mengeluarkan darah. Ibu tidak perlu khawatir, apabila melihat setitik darah pada muntahan susu yang dikeluarkan bayi saat besendawa darah itu tidak membahayakan.
Perawatan
(a)    Jangan berhenti menyusui apabila anda masih dapat bertahan. Mulailah menyusui dengan payudara yang putingnya lecet lebih ringan.
(b)   Cobalah mengganti posisi setiap kali menyusui hal ini perlu dilakukan untuk menghindari daerah yang sakit karena luka. Usahakan bayi memasukkan sebagian besar areola ke dalam mulutnya pada saat menyusu. Dalam keadaan puting lecet, jangan biarkan bayi menghisapnya berlama-lama. Jika bayi sudah berhenti menelan susu, lepaskan hisapannya dengan lembut dan pindahkan ke payudara yang lain bila perlu.
(c)    Aspirin atau minuman beralkohol yang ringan dapat diminum untuk membantu rileks sebelum mulai menyusui. Hal ini dilakukan hanya sebagai usaha penyembuhan pada saat puting terasa sakit.
(4)  Saluran tersumbat
         Gumpalan kecil berwarna merah, yang dilingkari oleh darah lunak, merupakan tanda pertama dari susu yang tersumbat. Penyebabnya tekanan beha yang tidak pas atau bahian dari pembengkakan karena tidak tuntasnya pengosongan susu dalam saluran tersebut. Susu bertumpuk dibalik sumbatan, membentuk pembengkakkan. Pembengkakan menyebabkan sakit pada saat naiknya tekanan sewaktu susu mengalir. Perawatan segera diperlukan untuk mencegah meluihnya susu ke jaringan sekitar yang membuat kulit menjadi merah dan sakit.
Perawatan
(a)    Susui bayi lebih sering mulailah menyusui dari payudara yang bermasalah. Setelah itu, periksalah apakah kedua payudara telah kosong dan lunak sehingga tidak terdapat gumpalan yang tersisa setelah ia menghisap sepuasnya.
(b)   Hangatkan payudara dengan cara membasuh daerah yang lunak dengan air panas, kemudian pijatlah dengan lembut kearah puting. pijatan ini dimaksudkan untuk mengosongkan saluran.
(c)    Kenakan beha yang pas agar tidak menjepit dada atau menghimpit payudara yang masih penuh.
(d)   Apabila salah satu atau kedua payudara tetap terasa membengkak setelah menyusui, susui bayi lebih sering lagi dalam waktu satu dua hari.
(5)  Mastitis
Infeksi payudara yang timbul karena kurang atau terlambatnya perawatan saluran yang tersumbat dapat juga terjadi setelah bendungan yang dialami ibu pada masa baru melahirkan. Infeksi dapat juga timbul kapan saja bila persediaan susu melebihi kebutuhan, atau apabila ibu terlalu lelah atau stress dan payudara tidak dikosongkan dengan baik. Jangan sekali-kali berhenti menyusui. Menyapih dengan tiba-tiba akan memperburuk keadaan. Bakteri dapat juga masuk melalui puting yang pecah atau ditularkan dari hidung atau tenggorokan bayi dan pada saat yang sama gejalanya dapat berjalan tanpa diketahui.
Gejala-gelaja awal infeksi
-     Ibu menggigil, demam dan merasa nyeri
-     Payudara terasa panas, merah dan lembut apabila diraba. Kulit di  daerah yang paling nyeri terlihat berkilat.
Perawatan
(a)    Konsultasikan dengan dokter secepatnya karena mungkin membutuhkan antibiotik atau mungkin campuran obat yang diresepkan sebelumnya.
(b)   Setelah itu pergilah tidur atau beristirahatlah sesering mungkin dengan posisi kaki lebih tinggi dari badan.
(c)    Seringlah menyusui bayi, dimulai dengan payudara yang bermasalah. Hal ini penting untuk menjaga agar susu tetap mengalir dan payudara kosong.
(6)   Abses payudara
Infeksi serius ini dapat dicegah jika saluran tersumbat dan atau mastitis dirawat secepatnya dan diusahakan supaya air susu mengalir terus.
Perawatan
(a)    Kumpulan nenah yang membentuk abses biasanya harus dikeluarkan dengan bedah.
(b)   Abses biasanya sangat nyeri. Karena itu, berhentilah menyusui dengan payudara yang terkena abses sampai sembuh.
c)  Perawatan payudara yang khusus ditujukan untuk memperbanyak air susu ibu
                              Teknik Perawatan Payudara
(1)  Pengurutan payudara
(a) Licinkan telapak tangan dengan sedikit minyak.
(b) Kedua tangan ditempatkan diantara kedua payudara kearah atas, samping, ke bawah dan melintang sehingga tangan menyangga payudara
(c) Lakukan 30 kali selama 5 menit.
(2)   Pengurutan kedua
(a)    Licinkan telapak tangan dengan sedikit minyak.
(b)   Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan tangan kanan saling dirapatkan.
(c)    Sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara kiri dari pangkal payudara ke arah puting, begitu juga  payudara kanan.
(d)   Lakukan 30 kali selama 5 menit.
(3)   Pengurutan ketiga
(a)    Licinkan telapak tangan dengan sedikit minyak.
(b)   Telapak tangan kiri menopang payudara kiri.
(c)    Jari-jari tangan kanan dikepalkan, kemudian tulang-tulang kepalan tangan kanan mengurut payudara dari pangkal kearah putting susu.
(d)   Lakukan 30 kali selama 5 menit.
(4)  Merangsang payudara
(a) Rangsang payudara dengan menggunakan air hangat dan dingin.
(b) Siram atau kompres payudara dengan air hangat terlebih dahulu kemudian air dingin
(c)  Siram berg
D.  KONSEP PENGETAHUAN
  a.   Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang ( Notoatmojo, 2003).
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langsung dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Rogers (1974) dikutip Notoatmojo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu  :
1)     

 
Awareness, yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus terlebih dulu.
2)      Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3)      Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya
4)      Trial, yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5)      Adoption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
b.      Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif memiliki tingkatan yang terdiri dari ;
1)   Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2)   Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3)      Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebaginya dalam konteks atau situasi yang lain.
4)      Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebaginya dalam konteks atau situasi yang lain.
5)      Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menguraikan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
6)      Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
7)            Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.. . ……
………
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah:
a.       Faktor Internal: faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensi, minat, kondisi fisik.
Semakin tinggi tingkat intelegensi maka semakin tinggi pula pengetahuannya akan sesuatu hal dan lebih mudah menangkap apa yang baru saja dibaca. Minat akan memberikan dorongan kepada seseorang untuk mencari tahu. Kesempurnaan pancaindera, kesehatan, jenis kelamin, umur, kesehatan juga berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang.
b.      faktor Eksternal
1.      Faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.
2.      Faktor pendekatan belajar: faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran, kemampuan guru dalam menyampaikan materi, serta sumber yang tepat (Notoatmojo, 2004 dalam ibrahim 2007).
E.     KONSEP PERILAKU
a.  Pengertian
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmojo,2003:114).
   Faktor-faktor yang memegang peranan di dalam pembentukan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi, dan sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Faktor ekstern meliputi: objek, orang, kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya (Notoatmojo, 2003:132).
b.  Determinan Perilaku
Faktor penentu atau determinan perilaku manuasia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yakni aspek fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari tiga aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang tersebut. Selanjutnya kepribadian tersebut akan menentukan pola dasar perilaku manusia yang bersangkutan.
Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan antara lain teori Lawrence Green (1980), Snehandu B Kar (1983).

1)      Teori Lawrence Green                    
Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor perilaku (Behavior Causes) dan faktor diluar perilaku (Non Behavior Causes).selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor:
a)   Faktor-faktor predisposisi (Predisposing Factor), yang terwujud       dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
b)      Faktor-faktor pendukung (Inabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.
c)  Faktor-faktor pendorong (Renforcing Factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2)      Teori Snehandu B Kar
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari :
a)  Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (Behavior Intention).
b)   Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (Social-Support).
1.      Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan(Accessebility Of Information).
2.      Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan (Personal Autonomy).
3.      Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (Action Situation)
c.  Teori Perubahan Perilaku
Yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan lainnya. Beberapa teori tentang perubahan perilaku anatara lain  :
2)      Teori Stimulus Organisme (S-O-R)
 Teori ini berdasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung pada kualitas (Stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme.
3)      Teori Festinger (Dissomance Theory)
Keadaan Cognitive Dissomance merupakan ketidak seimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu, maka berarti sudah terjadi ketegangan diri lagi, dan keadaan ini disebut consonance (keseimbangan).
Dissomance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat dua elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen kognisi adalah pengetahuan, pendapat atau keyakinan. Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau objek, dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbeda/bertentangan di dalam diri individu itu sendiri maka terjadilah Dissomence.
F.  UMUR
   Umur adalah lama waktu hidup atau atau sejak dilahirkan atau diadakan ( Martin dan Bhagaskara, 2007). Sedangkan menurut Elizabeth, B. N (1995) yang dikutip oleh Nursalam (2001), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.

G.   PARITAS
  Paritas adalah keadaan seorang wanita berhubungan dengan kelahiran anak hidup. Menurut Mochtar (2002) pembagian paritas adalah sebagai berikut :
1.  Nullipara ialah wanita yang belum pernah melahirkan.
2. Primipara ialah wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk pertama kali.
3. Multipara ialah wanita yang melahirkan bayi hidup dua kali atau lebih.
4. Grandemultipara ialah wanita yang melahirkan bayi hidup lima orang anak atau lebih.

H. PENDIDIKAN
      Jenjang pendidikan formal terdiri dari :
1.      Jenjang pendidikan dasar meliputi sekolah dasar (SD) termasuk SD Kecil/Pamong yaitu pendidikan anak oleh masyarakat, orang tua dan guru), sekolah luar biasa (SLB) tingkat dasar, dan madrasah ibtidaiyah (MI).
2.      Jenjang pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) umum / kejuruan (termasuk SMP Terbuk, SMEEP, ST, SKKP), Madrasah Tsanawiyah.
3.      Jenjang pendidikan menengah meliputi sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan antara lain SMEA, STM, SMIP, SPG, SGA, SGO termasuk sekolah kejuruan yang dikelola otah departemen lain selain Depdiknas.
4.      Jenjang perguruan tinggi meliputi :
·         Program gelar, yaitu yang memberikan pada pembentukan keahlian akademik, yaitu keahlian yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan, peningkatan/penerapan konsep, dan metode operasional dalam suatu bidang ilmu, teknologi atau seni yang dikelola oleh suatu perguruan tinggi, mencakup pendidikan sarjana muda, pendidikan sarjana//strata 1 (S1), pendidikan pasca sarjana/strata II (S2) dan pendidikan doctor/strata III (S3).
·         Program non gelar, yaitu program yang memberikan tekanan pada pembentukan keahlian professional, seperti keahlian yang menekankan pada keterampilan dan penerapan suatu bidang ilmu pengetahuan, teknologi atau seni dalam pekerjaan. Program ini mencakup pendidikan diploma I (DI), pendidikan diploma II (DII), pendidikan diploma III (DIII) dan pendidikan diploma IV (DIV), pendidikan spesialis I (Sp I), pendidikan spesialis II (SP II). (Susenas, 2005).





BAB IV
TUJUAN PENELITIAN

A.    Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang perawatan payudara pada masa hamil di wilayah kerja puskesmas Sungai Tabuk Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.
B. Tujuan Khusus
1.      Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu hamil tentang perawatan payudara pada hamil berdasarkan umur.
2.      Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu hamil tentang perawatan payudara  pada masa hamil berdasarkan pendidikan.
3.      Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu hamil tentang perawatan payudara pada masa hamil berdasarkan paritas.
4.      Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu hamil tentang perawatan payudara pada masa hamil berdasarkan pekerjaan.
5.      Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu hamil tentang perawatan payudara selama kehamilan berdasarkan sumber informasi.






BAB V
METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara yang akan dilakukan dalam proses penelitian (Aziz, 2007).Pada bab ini akan dibahas mengenai desain penelitian populasi dan sampel, waktu dan tempat, kerangka kerja, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, pengumpulan data dan analisa data.
A.    Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2008).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau memaparkan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perawatan payudara pada masa hamil.
B.     Populasi dan Sampel Penelitian
1.      Populasi Penelitian
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Aziz,2007;32).
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil  yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk 45 orang.
2.      Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Aziz,2007;32).

            a.   Besar Sampel
Ibu hamil yang ada di Wilayah kerja Puskesmas Sungai Tabuk Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan sebanyak 45 orang.
            b.   Cara Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah sampling jenuh (total populasi). Sampling jenuh adalah cara pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel (Aziz,2007;34).
Sampel yang diteliti dari penelitian ini adalah ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tabuk
C.    Tempat  Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tabuk Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.
D.       Waktu Penelitian
Penelitian di lakukan dari bulan Mei sampai dengan Oktober 2012.

F. Prosedur Pengumpula Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari:
1.      Data Primer
Data primer yaitu kuesioner yang diisi sendiri oleh responden dan observasi yang dilakukan oleh peneliti, serta hasil wawancara.


2.      Data Sekunder
Data sekunder didapat dari buku laporan harian dan status pasien di puskesmas sungai tabuk kabupaten banjar Kalimantan Selatan.

G.  Metode Pengolahan dan Analisis Data
1.         Pengolahan Data
Proses pengolahan data dalam penelitian ini dengan tahapan sebagai berikut :
a.      Editing yaitu mengoreksi jawaban yang telah diberikan responden, apabila ada data yang salah/kurang segera dilengkapi.
b.        Coding yaitu pemberian kode pada atribut variabel penelitian untuk memudahkan dalam pengolahan data. Proses pengolahan data variabel-variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk pengukuran bobot nilai kuesioner variabel pengetahuan  responden dilakukan dengan cara sebagai berikut : jawabannya ‘benar” maka skor  1 (satu), namun jika jawabannya “salah” skor 0 (nol).  Kemudian dipersentasekan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
100 %

Keterangan :            
P        : jumlah persentase
f        : jumlah skor yang didapat
n        : jumlah pertanyaan
Setelah persentase diketahui, kemudian hasilnya diinterpretasikan dengan klasifikasi nilai dan kategori pengetahuan ibu hamil tentang perawatan payudara selama kehamilan sebagai berikut :

Tabel 5.1.
Klasifikasi nilai dan kategori pengetahuan ibu hamil tentang
Perawatan payudara selama kehamilan
Klasifikasi Nilai
Kategori Pengetahuan
76% - 100%
Baik
56% – 75%
Cukup
< 56%
Kurang

c.      Tabulasi data yaitu pengelompokan data dalam suatu data tertentu menurut sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.
d.     Entry data yaitu Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi.

2.         Analisis Data
Analisa data dilakukan secara univariat dengan melihat jumlah persentase data yang telah terkumpul dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian dilakukan pembahasan dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada lalu ditarik suatu kesimpulan. Untuk analisis, meggunakan pendekatan cross sectional (potong silang)  ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat.





















BAB VI
JADWAL PELAKSANAAN

NO
KEGIATAN
Mei /minggu
Juni
/minggu
Juli
/ Minggu
Agustus
/ Minggu


1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
Survey ke lapangan




















2
Persiapan referensi penelitian




















3
Pengiriman proposal penelitian




















4
Penyebaran kuesioner




















5
Pengeditan Jawaban Responden




















6
Memasukkan Data Ke Komputer




















7
Membuat laporan penelitian




















8
Mempresentasikan hasil penelitian






























BAB VII
PERSONALIA PENELITIAN

      Ketua Penelitian                : Susilawati
      Anggota                            : Nahdah
      Tim Survey                        : 1. Annisa Melhanah
                                                  2. Carolins
                                                  3. Desi Rahmadewi
                                                  4. Husnul Khatimah














BAB VIII
PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN

Biaya yang digunakan dalam penelitian ini sebesar Rp. 4.000.000,- ( terbilang : empat juta rupiah,- ).
Terdiri dari :
1.      Persiapan Refensi                                                              : Rp.   750.000,-
2.      Survey tempat penelitian                                                  : Rp.    200.000,-
3.      Persiapan penggandaan kuesioner                                    : Rp.    250.000,-
4.      Pembagian kuesioner                                                        : Rp.    300.000,-
5.      Pengolahan Data                                                               : Rp.    400.00,-
6.      Pembuatan laporan                                                            : Rp.    500.000,-
7.      Transportasi peneliti                                                          : Rp.    400.000,-
8.      Konsumsi peneliti                                                             : Rp. 1.000.000,-
9.      Persentasi Hasil Penelitian                                                : Rp.    200.000,-








BAB IX
HASIL PENELITIAN

A. GAMBARAN UMUM
1.      Letak Goegrafis wilayah kerja Puskesmas Sungai Tabuk
         Puskesmas Wilayah Kecamatan Sungai Tabuk berada pada wilayah Kecamatan Sungai Tabuk dengan sasaran 12 Desa dengan luas wilayah 8.524 Km2. Sebagian wilayah kerja terdiri dari dataran rendah dan rawa – rawa. Ada 5 desa berada pada daerah aliran sungai yaitu tajau landing, keliling benteng ilir, sungai bangkal, pejambuan dan lok buntar. Berdasarkan letak geografis batas wilayah kerja Puskesmas Sungai Tabuk yaitu :
·         Sebelah Utara              : Wilayah Puskesmas Lok Baintan, Kec. Sungai Tabuk
·         Sebelah Selatan           : Wilayah Puskesmas Gambut, Kec. Gambut
·         Sebelah Timur             : Wilayah puskesmas Sungai Rangas, Kec. Martapura.
·         Sebelah Barat              : Wilayah Puskesmas Sungai Lulut Kec. Banjarmasin

Tabel 9.1
Luas Desa – Desa berdasarkan Desa Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk
NO
DESA
LUAS WILAYAH Km2
1
Sungai Tabuk  Kota
4,29
2
Sungai Tabuk Keramat
4
3
Pematang Panjang
7
4
Gudang Hirang
13
5
Gudang Tengah
2,85
6
Pemakuan
3,05
7
Pejambuan
8
8
Lok Buntar
6,75
9
Keliling Benteng Ilir
17
10
Sungai Bangkal
8
11
Tajau Landung
6,30
12
Abumbun Jaya
5

2.      Ketenagaan Puskesmas
Keadaan tenaga kerja di Puskesmas Sungai Tabuk Tahun 2011 terdiri dari beberapa susunan tenaga medis, yaitu :
Tabel 9.2
Jumlah Tenaga Puskesmas Sungai Tabuk
JENIS TENAGA
JUMLAH (jiwa)
Dokter Umum
3
Dokter Gigi
1
Sarjana Kesehatan Masyarakat
2
Perawat
12
Perawat Gigi
2
Bidan Puskesmas
4
Bidan Desa
12
Asisten Apoteker
1
Pranata Laboratorium
2
Nutrisionis
1
Sanitarian
1
Pekarya Kesehatan
1
Honorer
1

3.      Kegiatan Program Kerja Puskesmas
   Dalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas Sungai Tabuk melaksanakan program kerja Puskesmas secara terpadu, artinya dalam melaksanakan yang ada di Puskesmas dilakukan secara bersama-sama dengan program lain yang terkait yang ada di Puskesmas. Program Kerja Puskesmas tersebut meliputi :
1)      Pelayanan KIA dan KB
2)      Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM)
3)      Pelayanan Gizi
4)      Program Perawatan Kesehatan Masyarakat (PHN)
5)      Pelayanan Pengobatan Umum
6)      Pelayanan obat (apotik)
7)      Program Kesehatan Lingkungan
8)      Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
9)      Program Imunisasi
10)  Pelayanan Administrasi dan Tata usaha
11)  Program Pelayanan Pengobatan Gigi
12)  Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
13)  Program Pelayanan Laboratorium.

B.       HASIL PENELITIAN
    Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pengetahuan  ibu hamil tentang perawatan payudara di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk dengan 45 responden data didapat melalui kuesioner yang diisi oleh responden yang hasilnya disajikan dalam table distribusi frekuensi.
1.        Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
   Untuk mendapatkan gambaran tentang Umur responden pada penelitian ini maka dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori umur yaitu umur < 20 tahun, umur 20 – 35 tahun dan umur  >35 tahun. Gambaran kategori umur dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel. 9.3
Distribusi Responden Berdasarkan Umur tentang Perawatan Payudara di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk Tahun 2012
Umur
Jumlah ( orang )
Persentase
< 20 tahun
2
4,4
20 – 35 tahun
41
91,1
> 35 tahun
2
4,4
Total
45
100

    Berdasarkan tabel 9.3, bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 41 orang atau 91,1% pada rentang umur 20 – 35 tahun.

2.        Karakteristik Responden berdasarkan Paritas
         Paritas ibu pada penelitian ini dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu : primipara, Multipara dan Grandemultipara. Gambaran paritas ibu dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel. 9.4
Distribusi Responden Berdasarkan Paritas tentang Perawatan Payudara di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk Tahun 2012
Paritas
Jumlah ( orang )
Persentase
Primipara
19
42,2
Multipara
24
53,3
Grandemultipara
2
4,4
Total
45
100

Berdasarkan tabel. 9.4, menyatakan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 24 ibu atau 53,3% dengan paritas multipara atau ( 2 – 3 anak ).

3.        Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
         Pendidikan Ibu pada penelitian ini dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu Tinggi (SMU – PT), Sedang (SMP) dan rendah ( SD ). Gambaran pendidikan Ibu dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel. 9.5.
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk Tahun 2012
Pendidikan
Jumlah ( orang )
Persentase
Tinggi
15
33,3
Sedang
16
35,6
Rendah
14
31,1
Total
45
100

       Berdasarkan tabel. 9.5,  Bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 16 orang atau 35,6% memiliki pendidikan sedang yaitu SMP atau Tsanawiyah.
4.        Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan tentang perawatan payudara.
       Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan responden tentang perawatan payudara dengan pertanyaan sebanyak 25 buah. Adapun jawaban responden dikategorikan menjadi 3 (tiga) yaitu : Baik, apabila jawaban responden benar sebanyak 76 – 100%. Cukup, apabila jawaban responden benar sebanyak 56 – 75 % dan Kurang, apabila jawaban jawaban responden benar sebanyak < 56%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:  
Tabel. 9.6
Distribusi Responden tentang Pengetahuan Perawatan Payudara di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk Tahun 2012
Pengetahuan
Jumlah ( orang )
Persentase
Baik
19
42,3
Cukup
20
44,4
Kurang
6
13,3
Total
45
100

5.        Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perawatan Payudara Pada Masa Hamil Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk Tahun 2012
  Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan Ibu berdasarkan umur, maka tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup dan sedang, sedangkan umur ibu dibagi menjadi 3 kategori yaitu < 20 tahun, 20 – 35 tahun dan > 35 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut:




Tabel. 9.7.
Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Berdasarkan Umur Ibu
Umur
Tingkat Pengetahuan

N

%
Baik
Cukup
Kurang
N
%
N
%
N
%
< 20 tahun
1
50
0
0
1
50
2
100
20 – 35 tahun
16
39,0
20
48,8
5
12,2
41
100
> 35 tahun
2
100,0
0
0
0
0
2
100
Total
19
42,2
20
44,4
6
13,3
45
100

        Hasil penelitian didapatkan bahwa di antara 41 responden yang berumur 20 – 35 tahun terdapat sebanyak 20 orang atau 48,8% yang memiliki pengetahuan cukup. Dari 2 responden yang berumur < 20 tahun terdapat sebanyak 1 orang atau 50% yang memiliki pengetahuan baik. Sedangkan dari 2 responden yang berumur 35 tahun terdapat sebanyak 2 responden atau 100% yang memiliki pengetahuan baik. Dari hasil tersebut secara persentasi, responden yang berumur 20 – 35 tahun lebih banyak memiliki pengetahuan cukup tentang perawatan payudara dibandingkan responden yang berukur < 20 tahun dan > 35 tahun.

6.        Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perawatan Payudara Pada Masa Hamil Berdasarkan Paritas di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk Tahun 2012
   Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan Ibu berdasarkan paritas, maka tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup dan sedang, sedangkan paritas ibu dibagi menjadi 3 kategori yaitu primipara, multipara dan grandemultipara. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut:


Tabel. 9.8.
Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Berdasarkan Paritas Ibu
Paritas
Tingkat Pengetahuan

N

%
Baik
Cukup
Kurang
N
%
N
%
N
%
Primipara
8
42,1
8
42,1
3
15,8
19
100
Multipara
9
37,5
12
50,0
3
12,5
24
100
Grandemultipara
2
100,0
0
0
0
0
2
100
Total
19
42,2
20
44,4
6
13,3
45
100

       Hasil penelitian didapatkan bahwa di antara24 responden yang paritasnya multipara terdapat sebanyak 12 orang atau 50,0% yang memiliki pengetahuan cukup. Dari 8 responden yang paritasnya primipara ada sebanyak 8 orang atau 42,1% yang memiliki pengetahuan cukup. Sedangkan dari 2 responden yang paritasnya grandemultipara terdapat sebanyak 2 responden  yang memiliki pengetahuan baik. Dari hasil tersebut secara persentasi, responden yang paritasnya multipara lebih banyak memiliki pengetahuan cukup tentang perawatan payudara dibandingkan responden yang paritasnya primipara dan grandemultipara.

7.        Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perawatan Payudara Pada Masa Hamil Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk Tahun 2012
    Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan Ibu berdasarkan pendidikan, maka tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup dan sedang, sedangkan umur ibu dibagi menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut:


Tabel. 9.9.
Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Berdasarkan Pendidikan Ibu
Pendidikan
Tingkat Pengetahuan

N

%
Baik
Cukup
Kurang
N
%
N
%
N
%
Tinggi
6
40,0
7
46,7
2
13,3
15
100
Sedang
5
31,3
10
62,5
1
6,3
16
100
Rendah
8
57,1
3
21,4
3
21,4
14
100
Total
19
42,2
20
44,4
6
13,3
45
100

        Hasil penelitian didapatkan bahwa di antara 16 responden yang pendidikannya sedang ada sebanyak 10 orang atau 62,5% yang memiliki pengetahuan cukup. Dari 15 responden yang pendidikannya tinggi ada sebanyak 7 orang atau 46,7% yang memiliki pengetahuan cukup. Sedangkan dari 14 responden yang pendidikannya rendah ada sebanyak 3 responden  yang memiliki pengetahuan cukup. Dari hasil tersebut secara persentasi, responden yang pendidikannya sedang lebih banyak memiliki pengetahuan cukup tentang perawatan payudara dibandingkan responden yang pendidikannya tinggi dan rendah.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin baik pendidikan ibu hamil, ada kecenderungan pengetahuan  tentang perawatan payudara selama kehamilan semakin baik pula.

C.   PEMBAHASAN
         Dari hasil penelitian pada tabel  9.6. yaitu Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pengetahuan responden rata-rata memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 20 orang (44,4%).
         Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan pengderaan terhadap obyek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan kesehatan (health knowledge) yaitu hal – hal yang berkaitan dengan pengetahuan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, segala pengetahuan tentang tanda dan gejala suatu penyakit serta bagaimana cara menangani suatu kejadian secara rasional.
         Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa mayoritas pengetahuan ibu hamil tentang perawatan payudara di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk Kabupaten Banjar Tahun 2012 dalam kategori cukup.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang perawatan payudara selama kehamilan diantaranya adalah faktor umur, paritas dan pendidikan.
1.   Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang cukup dominan terhadap pembentukan perilaku seseorang. Umur mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada penelitian tabel 9.3. didapatkan umur 20 – 35 tahun sebanyak 41 orang ( 91,1%), pada usia ini para ibu dianggap pada usia yang pola pikir dan daya tangkapnya bagus terhadap informasi yang diberikan sehingga dapat meningkatkan pengetahuannya, ibu akan dianggap semakin mampu mengambil keputusan semakin bijaksana dan semakin mampu berpikir secara rasional. Akan tetapi ada juga ibu yang berumur < 20 tahun sebanyak 2 orang (4,4%). Sehingga hal ini sangat mempengaruhi kurangnya pengetahuan ibu karena pola pikir dan daya tangkap ibu yang di anggap belum bagus. Ibu yang yang berumur dewasa secara otomatis ia akan memiliki pengetahuan yang lebih baik dari pada ibu yang masih muda.
Hasil penelitian didapatkan bahwa di antara 41 responden yang berumur 20 – 35 tahun terdapat sebanyak 20 orang atau 48,8% yang memiliki pengetahuan cukup. Dari 2 responden yang berumur < 20 tahun terdapat sebanyak 1 orang atau 50% yang memiliki pengetahuan baik. Sedangkan dari 2 responden yang berumur 35 tahun terdapat sebanyak 2 responden atau 100% yang memiliki pengetahuan baik.
        Berdasarkan distribusi tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas  ibu hamil kelompok umur 20 – 35 tahun sebanyak 20 orang  (48,8%) memiliki pengetahuan tentang perawatan payudara selama kehamilan dalam kategori cukup.
2.   Paritas
        Dari hasil penelitian pada tabel 9.4. distribusi berdasarkan paritas ibu tentang perawatan payudara selama masa hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk diperoleh data bahwa paritas terbanyak multipara sebanyak 24 orang (53,3%).
        Hasil penelitian didapatkan bahwa di antara24 responden yang paritasnya multipara terdapat sebanyak 12 orang atau 50,0% yang memiliki pengetahuan cukup. Dari 8 responden yang paritasnya primipara ada sebanyak 8 orang atau 42,1% yang memiliki pengetahuan cukup. Sedangkan dari 2 responden yang paritasnya grandemultipara terdapat sebanyak 2 responden yang memiliki pengetahuan baik.
        Paritas didefinisikan sebagai keadaan melahirkan anak baik hidup ataupun mati, tetapi bukan aborsi tanpa melihat jumlah anaknya. Menurut peneliti, jumlah paritas seorang ibu yang mempunyai anak lebih dari 1 memiliki pengalaman lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang baru pertama kali mempunyai anak. Pengetahuan tentang bagaimana mengahadapi suatu permasalahan terutama masalah kesehatan ibu yang berpengalaman lebih bisa dalam mengatasi masalah tersebut.
      Hasil penelitian ini hampir sama pula dengan hasil penelitian Muridah (2011), yang menyatakan bahwa responden yang mempunyai paritas terbanyak multipara sebanyak 18 orang (83,6%) dan paritas terkecil yaitu grandemultipara sebanyak 2 orang (3,4%).

2.   Tingkat Pendidikan Ibu
       Dari hasil penelitian pada tabel 9.5.  Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan ibu tentang perawatan payudara pada masa hamil di Wilayah Puskesmas Sungai Tabuk diperoleh data bahwa tingkat pendidikan terbanyak yaitu dalam kategori sedang. ( SMP) sebanyak 16 orang ( 35,6%) dan tingkat pendidikan yang paling sedikit ditemukan pada responden yang berpendidikan rendah ( SD ) sebanyak 14 orang (31,1  %).
        Hasil penelitian didapatkan bahwa di antara 16 responden yang pendidikannya sedang ada sebanyak 10 orang atau 62,5% yang memiliki pengetahuan cukup. Dari 15 responden yang pendidikannya tinggi ada sebanyak 7 orang atau 46,7% yang memiliki pengetahuan cukup. Sedangkan dari 14 responden yang pendidikannya rendah ada sebanyak 3 responden  yang memiliki pengetahuan cukup.
       Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan maka akan semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kea rah suatu cita – cita tertentu. Makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah memperoleh dan menerima informasi sehingga kemampuan ibu dalam berpikir lebih rasional (Irmayanti, 2007).
       Menurut peneliti, factor tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan ibu, mengingat bahwa pendidikan dapat mempengaruhi daya intelektual seseorang dapat memutuskan dalam suatu hal, pendidikan ibu rendah menyebabkan daya intelektualnya juga masih terbatas sehingga perilakunya masih dipengaruhi keadaan lingkungan sekitarnya.
















BAB X
KESIMPULAN DAN SARAN

A.   KESIMPULAN
          Dari hasil penelitian setelah dilakukan analisis dari judul yang diteliti yaitu pengetahuan ibu tentang perawatan payudara selama hamil di Wilayah Puskesmas Sungai Tabuk Kabupaten Banjar Tahun 2012, maka dapat dibuat kesimpulan yang merupakan jawaban atas rumusan masalah dan tujuan dari penelitian adalah sebagian besar Ibu atau responden 20  (44,4%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dibandingkan tingkat pengetahuan baik  19 responden (42,3%) dan kurang 6 responden (13,3%). Adapun tingkat pengetahuan ibu berdasarkan umur maka ditemukan bahwa di antara 41 responden yang berumur 20 – 35 tahun ada sebanyak 20 orang atau 48,8% yang memiliki pengetahuan cukup. Tingkat pengetahuan ibu berdasarkan paritas maka didapatkan di antara24 responden yang paritasnya multipara ada sebanyak 12 orang atau 50,0% yang memiliki pengetahuan cukup. Sedangkan tingkat pengetahuan ibu berdasarkan pendidikan didapatkan bahwa di antara 16 responden yang pendidikannya sedang ada sebanyak 10 orang atau 62,5% yang memiliki pengetahuan cukup.

B.   SARAN
        Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut :


1.  Bagi Ibu
Untuk lebih meningkatkan pengetahuan mengenai perawatan payudara selama masa hamil dengan cara mengikuti berbagai macam pendidikan promosi kesehatan yang diadakan saat Posyandu maupun secara tidak langsung melalui media elektronik dan media lainnya.
2. Bagi Profesi Kebidanan
Agar lebih memaksimalkan peran dan fungsi bidan dalam memberikan kesehatan tentang perawatan payudara dan bahaya yang akan ditimbulkan apabila tidak melakukan perawatan dan menekankan pada perioritas pada ibu dengan latar belakang pendidikan SD dan SMP.
3.  Bagi Tenaga Kesehatan dan Puskesmas
Hendaknya penelitian ini dapat digunakan sebagai cara untuk mengeffektifkan pelayanan Posyandu, Pusling dan petugas kesehatan dapat memberikan penjelasan tentang perawatan payudara.
4.    Bagi Akbid Banua Bina Husada
Dalam kegiatan pengabdian masyarakat, hendaknya Akbid Banua Bina Husada memperbanyak leaflet tentang perawatan payudara untuk ibu – ibu khususnya, masyarakat pada umumnya.
5.    Bagi peneliti lain.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan waktu penelitian yang lebih lama dan desain penelitian yang berbeda yang bersifat survey analitik, sehingga dapat diketahui factor – factor lainnya yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang perawatan payudara selama masa kehamilan sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan.









Penerimaan Mahasiswa Baru 2024-2025 Akbid Banua Bina Husada

      PENDAFTARAN MAHASISWA BARU TA. 2024/2025 AKBID BANUA BINA HUSADA (Akreditasi : BAIK SEKALI) (Kontak: Hp/WA : 0812-8921-6759 ) ...