Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Payudara Selama Kehamilan di Wilayah Puskesmas Sungai Tabuk
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kebijakan pemerintah dalam pembangunan
kesehatan ibu dan anak adalah harapan bangsa dimasa yang akan datang. Kemajuan
bangsa dimasa yang akan datang akan sangat bergantung dari kondisi kesehatan
anak saat ini dalam rencana pembangunan kesehatan 2010 terdapat beberapa
program unggulan yang berhubungan dengan kesehatan, contohnya kesehatan ibu dan
anak termasuk perawatan payudara selama kehamilan.
Sejak awal
kehamilan, hormon merangsang perkembangan sel-sel produksi susu dari alveoli.
Hormon yang paling penting dalam pembentukan air susu adalah prolaktin, yang
mulai bekerja sejak kehamilan berusia 8 minggu. Hormone ini juga menjaga
keseimbangan banyaknya hormon estrogen yang dibuat oleh plasenta (Kramadibrata,
2008).
Perawatan
payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai menyusui. Hal ini karena
payudara merupakan satu-satunya penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi
yang baru lahir, sehingga perlu dilakukan sedini mungkin (Suririnah, 2008).
Keberhasilan proses menyusui sangat ditentukan oleh
struktur putting susu dan areola. Putting susu mengandung otot polos yang dapat
berkontraksi saat rangsangan menyusui. Secara normal bentuk putting susu yang
datar dan masuk kedalam. Kondisi putting susu seperti ini dapat menyebabkan
kegagalan menyusui. Pada kondisi ini, seorang ibu harus memperoleh perawatan
payudara sebelum masa menyusui dimulai (Huliana, 2006)
Semakin sering bayi menghisap payudara ibunya, maka
akan bertambah volume ASInya, sehingga tidak mungkin ASI yang diproduksi akan
berkurang. Kalaupun memang tidak keluar, itu dikarenakan teknik menyusui yang
tidak benar (Anonymous, 2010).
Manfaat perawatan payudara selama hamil yaitu menjaga
kebersihan payudara terutama kebersihan putting susu, melenturkan dan
menguatkan putting susu sehingga memudahkan bayi untuk menyusui, merangsang
kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI banyak dan lancar, dan dapat
mendeteksi kelainan-kelainan payudara secara dini dan melakukan upaya untuk
mengatasinya (Anwar, 2003)
Manfaat perawatan payudara selama hamil yaitu menjaga
kebersihan payudara terutama kebersihan putting susu, melenturkan dan
menguatkan putting susu sehingga memudahkan bayi untuk menyusui, merangsang
kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI banyak dan lancar, dan dapat
mendeteksi kelainan-kelainan payudara secara dini dan melakukan upaya untuk
mengatasinya (Anwar, 2003)
Perawatan payudara dianjurkan mulai dilakukan setelah
kehamilan berusia 5-6 bulan, karena jika sejak awal kehamilan sudah dilakukan
perangsangan putting susu, dapat menimbulkan kontraksi rahim. Teknik
menyusui yang tidak benar selain dapat mengurangi produksi ASI juga dapat
menimbulkan masalah-masalah pada payudara, seperti: bengkak, putting susu
lecet/ luka, tersumbat dan abses payudara (Neilson, 2005). Akan tetapi, pada kenyataannya banyak ibu hamil
mengabaikan perawatan payudara. Ini dikarenakan ibu malas atau sesungguhnya ibu
belum mengetahui manfaatnya. (Dedek. 2008).
Apabila selama
kehamilan ibu tidak melakukan perawatan payudara dan perawatan tersebut hanya
dilakukan pasca persalinan, maka akan menimbulkan beberapa permasalahan,
seperti ASI tidak keluar atau ASI keluar setelah beberapa hari kemudian, puting
susu tidak menonjol sehingga bayi sulit menghisap, produksi ASI sedikit, dan
tidak cukup dikonsumsi bayi, infeksi pada payudara, payudara bengkak, bernanah,
dan muncul benjolan di payudara.
Berdasarkan latar belakang di atas,
penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Gambaran
tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perawatan Payudara Pada Masa Hamil di
wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk Kabupten Banjar Kalimantan Selatan.
BAB II
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas yaitu teknik
menyusui yang tidak benar selain dapat mengurangi produksi ASI juga dapat
menimbulkan masalah-masalah pada payudara, seperti: bengkak, putting susu
lecet/ luka, tersumbat dan abses payudara. Akan tetapi, pada kenyataannya banyak ibu hamil mengabaikan
perawatan payudara. Ini dikarenakan ibu malas atau sesungguhnya ibu belum
mengetahui manfaatnya. Maka dapat dirumuskan permasalahan bagaimanakah
tingkat pengetahuan ibu hamil tentang Perawatan Payudara Pada Masa Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan ?
BAB
III
TINJAUAN
PUSTAKA
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI
PAYUDARA
Kelenjar mammae seorang
wanita mulai berkembang pada pubertas akibat pengaruh hormon dari ovarium.
Estrogen merangsang pertumbuhan duktus, progesteron merangsang tumbuhnya
alveoli. Setelah pubertas, kelenjar mammae bertambah besar akibat bertumpuknya
lemak dalam jaringan ikat. Kelenjar mammae baru berkembang sempurna pada
kehamilan, dengan makin banyaknya duktus dan alveoli. Kelenjar mammae terdiri
atas 15-20 lobi, masing-masing dibagi dalam lobuli. Di dalam lobuli terdapat
alveoli, yaitu sel sekresi kelenjar. Sekret dikumpulkan dalam duktus
laktiferus. Duktus ini menuju ke papilla mammae dan disitu melebar menjadi
ampula atau sinus laktiferus. Kelenjar mammae tidak aktif sampai kehamilan
merangsangnya menghasilkan susu (laktasi). Estrogen merangsang pertumbuhan
duktus intra-lobular, dan progesteron merangsang pertumbuhan alveoli dan
pekembangan sel sekresi. Hormon-hormon lain juga penting seperti “growth hormone”, prolaktin, tiroksin
dan adrenokortikoid. /////
/ Setelah melahirkan, kelenjar mammae menghasilkan kolostrum. Kadar
estrogen darah menurun, merangsang hipofisis anterior menghasilkan prolaktin.
Prolaktin inilah yang merangsang laktasi. Produksi susu dimulai 3-4 hari
sesudah melahirkan. Hormon oksitosin (dari hipofisis posterior) mengeluarkan
susu dari alveoli ke duktus. Sekresi oksitosin dipicu oleh rangsangan
penghisapan puting susu oleh bayi.
B. LAKTASI
a. Perkembangan kelenjar Mammae
Kelenjar mammae mulai berkembang waktu
pubertas perkembangan ini dirangsang oleh estrogen yang berasal dari siklus
yang berlangsung setiap bulan yang merangsang pertumbuhan stroma dan sistem
saluran dan penimbunan lemak yang memberikan massa pada kelenjar mammae. Akan
tetapi, pertumbuhan banyak bertambah selama kehamilan, dan jaringan kelenjar
hanya berkembang sempurna selama pembentukan air susu.
Selama kehamilan, estrogen yang disekresi
dalam jumlah besar oleh plasenta menyebabkan sistem saluran kelenjar mammae
juga bertambah jumlahnya, dan sejumlah besar lemak diletakkan dalam stroma.
Hormon pertumbuhan dalam jumlah moderat
dari hipofisis atau laktogen plasenta manusia dari plasenta dalam jumlah
moderat juga diperlukan oleh estrogen untuk menimbulkan efek pada kelenjar
mammae. Dua hormon yang terakhir ini keduanya menyebabkan penyimpanan protein
dalam sel-sel kelenjar, yang penting untuk pertumbuhan kelenjar.
Perkembangan
sistem lobulus-alveolus-peranan progesteron. Kerja sinergis estrogen dan hormon
pertumbuhan hanya dapat menyebabkan sistem pertumbuhan lobulus alveolus
primitif kelenjar mammae pada saat yang sama waktu duktus sedang tumbuh.
Tetapi, kerja progesteron menyebabkan pertumbuhan lobulus-lobulus, pertunasan
alveoli, dan perkembangan sekret khas dalam sel alveoli.
Pada perkembangan kelenjar mammae dibantu juga
oleh prolaktin dan hormon-hormon lain. Prolaktin adalah hormon yang mungkin
paling berperan menyebabkan sekresi susu
setelah kelahiran bayi. Selain prolaktin paling sedikit terdapat tiga hormon
dibutuhkan untuk memberikan dasar metabolisme yang sesuai sebelum kelenjar
mammae berkembang. Hormon-hormon ini adalah hormon tiroid, kortikosteroid
adrenal, dan insulin. Akan tetapi, hormon-hormon tersebut hanya mempunyai efek
spesifik dalam perkembangan kelenjar mammae.
b. Permulaan Laktasi
Menjelang akhir kehamilan, kelenjar
mammae ibu berkembang penuh untuk menyusui, tetapi hanya beberapa mililiter
cairan disekresi setiap hari sampai setelah bayi dilahirkan, cairan ini
dinamakan kolostrum pada hakekatnya mengandung protein dan laktosa yang sama
jumlahnya seperti susu, tetapi hampir tidak mengandung lemak. Dan kecepatan
maksimal pembentukan adalah sekitar 1/100 kecepatan pembentukan susu
selanjutnya.
Tidak adanya laktasi selama kehamilan
diduga disebabkan oleh efek penekanan progesteron dan estrogen pada proses
sekresi susu kelenjar mammae dan juga penekanan sekresi prolaktin oleh
hipofisis. Akan tetapi, segera setelah bayi dilahirkan, hilangnya sekresi
estrogen dan progesteron yang mendadak oleh plasenta menghilangkan efek
penghambatan kedua hormon ini dan diduga memungkinkan pembentukan prolaktin
yang nyata oleh hipofisis. Prolaktin merangsang sintesis lemak, laktosa, dan
kasein dalam jumlah besar oleh sel-sel kelenjar mammae, dan dalam 2-3 hari
kelenjar mammae mulai mengsekresi susu dalam jumlah besar sebagai ganti
kolostrum. Timbulnya sekresi susu yang mendadak memerlukan dasar sekresi hormon
pertumbuhan dan kortikosteroid adrenal yang adekuat, disamping prolaktin.
Sekresi prolaktin diatur oleh hipotalamus, sekresi
sebagian besar hormon hipofisis anterior diperbesar oleh neuro sekresi “releasing factor” yang dihantarkan dari
hipotalamus ke kelenjar hipofisis anterior melalui sistem portal hipotalamus
hipofisial, sekresi prolaktin diatur oleh efek yang jelas berlawanan. Yaitu,
hipotalamus mensintesis faktor penghambat prolaktin (FPP). Dalam keadaan
normal, sejumlah besar FPP secara terus menerus dihantarkan ke kelenjar
hipofisis anterior sehingga kecepatan normal sekresi prolaktin rendah. Akan
tetapi, selama laktasi, pembentukan FPP sendiri ditekan. Dengan demikian
memungkinkan kelenjar hipofisis anterior mengsekresi prolaktin dalam jumlah
besar.
c. Proses Ejeksi atau
Pengeluaran Sekresi Susu
Susu
disekresi secara terus menerus ke dalam alveoli kelenjar mammae. Tetapi, susu
tidak dapat mengalir dengan mudah dari alveoli ke sistem duktus. Oleh karena
itu, secara terus menerus tidak dapat keluar dari puting susu, sebagai
gantinya, susu harus diejeksikan atau dikeluarkan dari alveoli ke duktus
sebelum bayi dapat memperolehnya. Proses ini disebabkan oleh gabungan refleks
neurogenik dan hormonal yang menyangkut hormon oksitosin sebagai berikut :
Bila bayi menghisap susu, impuls
sensoris dihantarkan melalui saraf somatis ke medula spinalis dan kemudian ke
hipotalamus. Impuls ini menyebabkan sekresi oksitosin dan dalam arti yang
kurang penting, vasopressin. Kedua hormon ini, terutama oksitosin, mengalir
dalam darah menuju ke kelenjar mammae dimana ia menyebabkan sel-sel mioepitel
sekitar dinding luar alveoli berkontraksi, dengan demikian memeras susu dari
alveoli ke duktus. Jadi, dalam 30 detik sampai 1 menit setelah bayi mulai
menghisap kelenjar mammae, susu mulai mengalir.
C. PERAWATAN PAYUDARA
a.Perawatan payudara pada
masa hamil
Tujuan perawatan payudara pada masa hamil yaitu :
1)
Memelihara kebersihan
payudara.
2)
Melenturkan dan menguatkan
puting susu.
3)
Mengeluarkan puting yang
tertarik kedalam
4)
Mempersiapkan produksi ASI.
Teknik Perawatan Payudara:
a.
Licinkan kedua telapak
tangan dengan sedikit minyak.
b.
Kompres puting susu dengan
kain/kapas yang diberi minyak selama beberapa saat agar kotoran mudah
dibersihkan.
c.
Tarik kedua puting susu
keluar sambil diputar ke kiri 20 kali dan ke kanan 20 kali.
d.
Pegang pangkal payudara
dengan kedua tangan, lalu urut dari pangkal payudara kearah puting sebanyak 30
kali.
e.
Pijat puting susu hingga
keluar cairan, untuk memastikan bahwa saluran susu tidak tersumbat.
f.
Bersihkan puting susu dan
sekitarnya dengan handuk yang kering dan bersih.
g.
Janganlah menggunakan BH
yang menekan payudara, tapi gunakan BH yang menopang payudara.
Jika puting susu datar tertarik ke
dalam, cara merawatnya sebagai berikut:
1. Letakkan kedua ibu jari di atas dan di bawah
puting susu.
2. Regangkan daerah areola dengan menggerakkan
kedua ibu jari kearah bawah sebanyak 20 kali.
3. Letakkan kedua ibu jari di samping kiri dan
di samping kanan putting susu.
4. Regangkan daerah areola dengan menggerakkan
kedua ibu jari kearah kiri dan kearah kanan sebanyak 20 kali. Lakukan 2 kali
sehari sejak usia kehamilan 3 bulan.
b. Perawatan payudara pada
masa nifas
Tujuan perawatan payudara pada masa
nifas yaitu :
1)
Untuk memelihara kebersihan
payudara
2)
Memperbanyak dan
memperlancar produksi ASI
Dalam masa nifas ini perawatan payudara dilakukan :
a)Secara rutin.
b)
Perawatan payudara dan
puting yang mengalami masalah.
c)Perawatan buah dada
yang khusus ditujukan untuk memperbanyak air susu ibu.
Penjelasan :
a)
Secara rutin
Dimulai setelah ibu melahirkan,
dilakukan pada waktu mandi. Buah dada dibersihkan dengan sabun dan air bersih,
puting susu diulas dengan minyak pengulas ditutup dengan kain kasa, kemudian
memakai kutang yang sesuai besarnya agar dapat menahan buah dada sehingga buah
dada membesar tidak tertekan oleh kutang yang kurang sesuai.
Pada waktu menyusui puting susu areola
mammae dibersihkan dengan kapas yang telah direndam dengan air masak sebelum
dan sesudah menyusui.
Membersihkannya beberapa kali sehingga
kotoran atau kerak pada kutang susu terangkat, dan tidak masuk mulut dan
tertelan oleh bayi. Bila air susu ibu tidak habis diisap bayi sisa air susu itu
harus dikeluarkan, agar tiap kali bayi menghisap memperoleh air susu baru.
Setelah menyusui selesai, puting susu dan sekitarnya dibersihkan dan keringkan
dengan handuk, usai dengan minyak pengulas, tutup dengan kain kasa kemudian
memakai kutang.
b) Perawatan payudara dan puting yang
mengalami masalah
(1) Payudara terlalu penuh
Masalah ini diakibatkan oleh gelombang
air susu, suplai getah bening, dan darah yang tiba-tiba muncul pada awal masa
menyusui. Bendungan (engargement) ini
normal. Hampir semua “Ibu baru”. Mengalaminya sampai tingkat tertentu dan
apabila ditangani secepatnya, bendungan akan hilang dalam beberapa hari.
Perawatan
(a) Basuh kedua
payudara dengan air hangat (dengan menggunakan kain flannel yang bersih), sampai
air susu ke luar. Jika kedua payudara sudah terasa lunak, keringkan dan
kemudian tekan dengan tangan sehingga air susu menetes keluar. Susui bayi
secepatnya.
(b) Keesokan harinya atau dua hari kemudian, susui bayi segera apabila
merasa payudara penuh. Bangunkan bayi dan biarkan ia menghisap sepuasnya.
(c) Apabila payudara terasa kencang sehingga putingnya terlihat rata,
mandilah dengan air hangat. Berlututlah dan membungkuk dihadapan ember berisi
air hangat sehingga kedua payudara terendam ke dalam air secepatnya, rendam
terus sampai susu mengalir ke luar. Keluarkan sedikit susu sebelum mulai
menyusui sehingga bayi mudah meraih puting. Tempatkan bayi sedemikian rupa
dekat areola, sekitar 1 sampai 1½ inci dari ujung puting.
(d) Setelah menyusui, periksa apakah payudara benar-benar lunak. Pijat
daerah-daerah yang masih terasa keras dan tekan untuk mengeluarkan seluruh air
susu dari salurannya. Jika mengalami pembengkakkan yang hebat di rumah sakit,
dapat meminjam alat pemompa air susu.
(e) Jika merasa demam dan nyeri, minumlah aspirin atau analgesik
ringan.
(f) Rasa tidak nyaman setelah menyusui dapat
dihilangkan dengan mengompresnya dengan air hangat dan dingin bergantian,
diikuti dengan pijatan lembut. Kedua cara ini dapat membantu mengeluarkan dan
mengeringkan air susu yang masih menyembur.
(2) Puting Sakit
Banyak ibu baru yang putingnya luka pada
hari-hari pertama menyusui. Keadaan ini kembali normal jika air susu mulai
mengalir bebas.
Tetapi kesulitan ini kadang lebih
menetap pada wanita yang berkulit sensitif atau yang mempunyai puting rata atau
melesak ke dalam. Rasa sakit ini dapat juga disebabkan oleh isapan bayi pada
ujung puting bukan pada areola. Si bayi dapat membuat puting lecet jika ia amat
kelaparan dan tidak sabar lagi menunggu disusui.
Bahan-bahan yang mengiritasi atau
mengeringkan kulit yang dimaksudkan untuk mengeraskan puting susu (sabun,
alkohol, deodoran), akan memperparah lecet. Pelindung payudara dari plastik
biasanya dapat dipakai untuk mengurangi rasa sakit pada puting, untuk lebih
menonjolkan puting yang rata, atau untuk menadangi bocoran susuran. Tetapi alat
ini membuat kulit disekitar payudara tetap basah
Perawatan
(a) Janganlah berhenti menyusui. Susuilah bayi anda lebih sering,
tetapi perpendeklah waktu “hisapan hikmat”. Saat bayi berhenti menelan setelah
menghisap seluruh air susu yang tersedia. Angkatlah dia dengan hati-hati. Untuk
mengurangi rasa sakit pada puting yang luka, dapat menyusui dengan lebih sering
dan singkat. Pemberian ASI dilakukan disaat si bayi membutuhkannya. Keadaan
payudara yang penuh sekali akan menambah rasa sakit pada puting yang lecet
apabila disusukan pada bayi yang kelaparan. Mulailah dengan payudara yang
putingnya lecet lebih ringan dan lakukan penyusuan dengan posisi
berganti-ganti. Duduklah atau berbaring dengan posisi bergantian. Pegang sibayi
dengan kepala ditangan dan kaki di bawah lengan ibu (pegangan sepak bola). Atau
berbaringlah dengan bayi di samping ibu, dengan kaki bayi memanjang kearah bahu
ibu.
(b) Cobalah rileks sebelum menyusui. Tempatkan tubuh ibu pada posisi
yang nyaman untuk bertahan selama 15-20 menit. Setelah itu mulailah kegiatan
rutin “mengalirkan’ susu.
(c) Usapkan butiran es untuk menghilangkan rasa sakit. Usahakan agar
bayi dalam posisi yang benar pada areola, tetapi jika ternyata posisinya tidak
benar, janganlah menariknya. Usahakan hentikan hisapannya dengan lembut. Hal
ini dapat dilakukan dengan meletakkan jari tangan pada ujung mulutnya. Setelah
puting terlepas, cobalah cari kembali posisi yang benar.
(d) Jika putting susu tidak terbentuk dengan baik, cobalah mamakai
penutup payudara, selama setengah jam sebelum menyusui supaya puting dapat
menonjol lebih baik. Dengan demikian, bayi akan lebih mudah menghisapnya.
Jagalah supaya penutup payudara tetap bersih. Lakukan sterilisasi sebelum
mengenakannya.
(e) Pelindung payudara plastik yang mempunyai puting karet diujungnya
dapat melindungi puting yang lecet apabila sekali-kali dikenakan, tetapi
hati-hatilah. Bersihkan dan sterilkan sebelum dikenakan dan janganlah
mengenakannya terlalu lama. Bila dipakai terlalu lama, alat ini dapat
menghambat stimulasi produksi air susu.
(f) Membiarkan puting terbuka diantara saat-saat menyusui memberikan efek
yang baik untuk penyembuhan luka. Tidurlah dengan tidak mengenakan busana pada
malam hari. Disiang hari sekali-sekali lepaskan beha. Dua buah saringan teh
plastik (tanpa pegangannya) dapat dipasang di dalam beha untuk melindungi
puting dari lecet karena terkena gesekan bayi dan membuat udara dapat
bersirkulasi. Apabila puting mulai sembuh, hati-hatilah mengganti beha.
Gantilah beha sesering mungkin karena kain yang basah dapat menimbulkan luka
lagi.
(3) Puting
Pecah
Kadang-kadang puting yang lecet dapat
berkembang menjadi pecah-pecah pada pangkalnya. Ini menimbulkan nyeri yang akut
serta dapat menyebabkan puting mengeluarkan darah. Ibu tidak perlu khawatir,
apabila melihat setitik darah pada muntahan susu yang dikeluarkan bayi saat
besendawa darah itu tidak membahayakan.
Perawatan
(a) Jangan berhenti menyusui apabila anda masih dapat bertahan.
Mulailah menyusui dengan payudara yang putingnya lecet lebih ringan.
(b) Cobalah mengganti posisi setiap kali menyusui hal ini perlu
dilakukan untuk menghindari daerah yang sakit karena luka. Usahakan bayi
memasukkan sebagian besar areola ke dalam mulutnya pada saat menyusu. Dalam
keadaan puting lecet, jangan biarkan bayi menghisapnya berlama-lama. Jika bayi
sudah berhenti menelan susu, lepaskan hisapannya dengan lembut dan pindahkan ke
payudara yang lain bila perlu.
(c) Aspirin atau minuman beralkohol yang ringan dapat diminum untuk
membantu rileks sebelum mulai menyusui. Hal ini dilakukan hanya sebagai usaha
penyembuhan pada saat puting terasa sakit.
(4) Saluran
tersumbat
Gumpalan
kecil berwarna merah, yang dilingkari oleh darah lunak, merupakan tanda pertama
dari susu yang tersumbat. Penyebabnya tekanan beha yang tidak pas atau bahian
dari pembengkakan karena tidak tuntasnya pengosongan susu dalam saluran
tersebut. Susu bertumpuk dibalik sumbatan, membentuk pembengkakkan.
Pembengkakan menyebabkan sakit pada saat naiknya tekanan sewaktu susu mengalir.
Perawatan segera diperlukan untuk mencegah meluihnya susu ke jaringan sekitar
yang membuat kulit menjadi merah dan sakit.
Perawatan
(a) Susui bayi lebih sering mulailah menyusui dari payudara yang
bermasalah. Setelah itu, periksalah apakah kedua payudara telah kosong dan
lunak sehingga tidak terdapat gumpalan yang tersisa setelah ia menghisap
sepuasnya.
(b) Hangatkan payudara dengan cara membasuh daerah yang lunak dengan
air panas, kemudian pijatlah dengan lembut kearah puting. pijatan ini
dimaksudkan untuk mengosongkan saluran.
(c) Kenakan beha yang pas agar tidak menjepit dada atau menghimpit
payudara yang masih penuh.
(d) Apabila salah satu atau kedua payudara tetap terasa membengkak
setelah menyusui, susui bayi lebih sering lagi dalam waktu satu dua hari.
(5) Mastitis
Infeksi payudara yang timbul karena
kurang atau terlambatnya perawatan saluran yang tersumbat dapat juga terjadi
setelah bendungan yang dialami ibu pada masa baru melahirkan. Infeksi dapat
juga timbul kapan saja bila persediaan susu melebihi kebutuhan, atau apabila
ibu terlalu lelah atau stress dan payudara tidak dikosongkan dengan baik.
Jangan sekali-kali berhenti menyusui. Menyapih dengan tiba-tiba akan
memperburuk keadaan. Bakteri dapat juga masuk melalui puting yang pecah atau
ditularkan dari hidung atau tenggorokan bayi dan pada saat yang sama gejalanya
dapat berjalan tanpa diketahui.
Gejala-gelaja awal infeksi
- Ibu
menggigil, demam dan merasa nyeri
- Payudara
terasa panas, merah dan lembut apabila diraba. Kulit di daerah yang paling nyeri terlihat berkilat.
Perawatan
(a) Konsultasikan dengan dokter secepatnya karena mungkin membutuhkan
antibiotik atau mungkin campuran obat yang diresepkan sebelumnya.
(b) Setelah itu pergilah tidur atau beristirahatlah sesering mungkin
dengan posisi kaki lebih tinggi dari badan.
(c) Seringlah menyusui bayi, dimulai dengan payudara yang bermasalah.
Hal ini penting untuk menjaga agar susu tetap mengalir dan payudara kosong.
(6) Abses payudara
Infeksi serius ini dapat dicegah jika
saluran tersumbat dan atau mastitis dirawat secepatnya dan diusahakan supaya
air susu mengalir terus.
Perawatan
(a) Kumpulan nenah yang membentuk abses biasanya harus dikeluarkan
dengan bedah.
(b) Abses biasanya sangat nyeri. Karena itu, berhentilah menyusui
dengan payudara yang terkena abses sampai sembuh.
c) Perawatan payudara yang khusus ditujukan
untuk memperbanyak air susu ibu
Teknik Perawatan
Payudara
(1) Pengurutan payudara
(a) Licinkan telapak tangan dengan sedikit minyak.
(b) Kedua tangan
ditempatkan diantara kedua payudara kearah atas, samping, ke bawah dan
melintang sehingga tangan menyangga payudara
(c) Lakukan 30 kali
selama 5 menit.
(2) Pengurutan kedua
(a) Licinkan telapak tangan dengan sedikit minyak.
(b) Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan
tangan kanan saling dirapatkan.
(c) Sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara kiri dari pangkal
payudara ke arah puting, begitu juga payudara kanan.
(d) Lakukan 30 kali selama 5 menit.
(3) Pengurutan ketiga
(a) Licinkan telapak tangan dengan sedikit minyak.
(b) Telapak tangan kiri menopang payudara kiri.
(c) Jari-jari tangan kanan dikepalkan, kemudian tulang-tulang kepalan
tangan kanan mengurut payudara dari pangkal kearah putting susu.
(d) Lakukan 30 kali selama 5 menit.
(4) Merangsang payudara
(a) Rangsang payudara dengan menggunakan
air hangat dan dingin.
(b) Siram atau kompres payudara dengan
air hangat terlebih dahulu kemudian air dingin
(c)
Siram berg
D. KONSEP PENGETAHUAN
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga, pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang ( Notoatmojo, 2003).
Perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langsung dari pada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan.
Rogers (1974) dikutip Notoatmojo (2003)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu
:
1)
|
2) Interest,
yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3) Evaluation,
yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya
4) Trial,
yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Adoption,
yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus.
b.
Tingkat
Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan yang mencakup
dalam domain kognitif memiliki tingkatan yang terdiri dari ;
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2) Memahami
(Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi
(Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real.
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip, dan sebaginya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Aplikasi
(Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real. Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebaginya dalam konteks atau situasi yang lain.
5) Analisis
(Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menguraikan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
6) Sintesis
(Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
melakukan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
7)
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek,
penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.. .
……
………
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah:
a. Faktor
Internal: faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensi, minat, kondisi
fisik.
Semakin tinggi tingkat intelegensi maka
semakin tinggi pula pengetahuannya akan sesuatu hal dan lebih mudah menangkap
apa yang baru saja dibaca. Minat akan memberikan dorongan kepada seseorang
untuk mencari tahu. Kesempurnaan pancaindera, kesehatan, jenis kelamin, umur,
kesehatan juga berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang.
b. faktor
Eksternal
1. Faktor
dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.
2. Faktor
pendekatan belajar: faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam
pembelajaran, kemampuan guru dalam menyampaikan materi, serta sumber yang tepat
(Notoatmojo, 2004 dalam ibrahim 2007).
E.
KONSEP
PERILAKU
a. Pengertian
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan
atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Sedangkan yang
dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak
luar (Notoatmojo,2003:114).
Faktor-faktor
yang memegang peranan di dalam pembentukan perilaku dapat dibedakan menjadi dua
yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern berupa kecerdasan, persepsi,
motivasi, minat, emosi, dan sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari
luar. Faktor ekstern meliputi: objek, orang, kelompok, dan hasil-hasil
kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya
(Notoatmojo, 2003:132).
b. Determinan Perilaku
Faktor penentu atau determinan perilaku
manuasia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultansi dari
berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis
besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yakni aspek fisik,
psikis, dan sosial. Akan tetapi dari tiga aspek tersebut sulit untuk ditarik
garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terperinci
perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan,
seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan
sebagainya.
Kepribadian seseorang ditentukan oleh
salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang tersebut. Selanjutnya
kepribadian tersebut akan menentukan pola dasar perilaku manusia yang
bersangkutan.
Beberapa teori lain yang telah dicoba
untuk mengungkap determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan
antara lain teori Lawrence Green (1980), Snehandu B Kar (1983).
1)
Teori Lawrence Green
Green
mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan
seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor perilaku (Behavior Causes) dan faktor diluar
perilaku (Non Behavior Causes).selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau
terbentuk dari tiga faktor:
a) Faktor-faktor predisposisi (Predisposing Factor), yang
terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
b)
Faktor-faktor pendukung (Inabling factors), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau
sarana-sarana kesehatan.
c)
Faktor-faktor pendorong (Renforcing
Factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2)
Teori Snehandu B Kar
Kar mencoba menganalisis perilaku
kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari :
a) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan
dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (Behavior Intention).
b) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (Social-Support).
1.
Adanya atau tidak adanya
informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan(Accessebility Of Information).
2.
Otonomi pribadi yang
bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan (Personal Autonomy).
3.
Situasi yang memungkinkan
untuk bertindak atau tidak bertindak
(Action Situation)
c. Teori Perubahan Perilaku
Yang penting dalam
perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena
perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan
sebagai penunjang program-program kesehatan lainnya. Beberapa teori tentang
perubahan perilaku anatara lain :
2)
Teori Stimulus Organisme (S-O-R)
Teori ini berdasarkan pada asumsi bahwa
penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung pada kualitas (Stimulus) yang berkomunikasi dengan
organisme.
3)
Teori Festinger (Dissomance Theory)
Keadaan Cognitive Dissomance merupakan ketidak seimbangan psikologis yang
diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan
kembali. Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu, maka berarti sudah
terjadi ketegangan diri lagi, dan keadaan ini disebut consonance (keseimbangan).
Dissomance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat
dua elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen kognisi
adalah pengetahuan, pendapat atau keyakinan. Apabila individu menghadapi suatu
stimulus atau objek, dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan
yang berbeda/bertentangan di dalam diri individu itu sendiri maka terjadilah Dissomence.
F. UMUR
Umur adalah lama waktu hidup atau atau sejak dilahirkan atau diadakan (
Martin dan Bhagaskara, 2007). Sedangkan menurut Elizabeth, B. N (1995) yang
dikutip oleh Nursalam (2001), usia adalah umur individu yang terhitung mulai
saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
G. PARITAS
Paritas
adalah keadaan seorang wanita berhubungan dengan kelahiran anak hidup. Menurut
Mochtar (2002) pembagian paritas adalah sebagai berikut :
1. Nullipara ialah wanita
yang belum pernah melahirkan.
2. Primipara ialah wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk
pertama kali.
3. Multipara ialah wanita yang melahirkan bayi hidup dua kali atau
lebih.
4. Grandemultipara ialah wanita yang melahirkan bayi hidup lima
orang anak atau lebih.
H.
PENDIDIKAN
Jenjang pendidikan
formal terdiri dari :
1. Jenjang pendidikan dasar meliputi sekolah dasar (SD) termasuk SD
Kecil/Pamong yaitu pendidikan anak oleh masyarakat, orang tua dan guru),
sekolah luar biasa (SLB) tingkat dasar, dan madrasah ibtidaiyah (MI).
2. Jenjang pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) umum / kejuruan
(termasuk SMP Terbuk, SMEEP, ST, SKKP), Madrasah Tsanawiyah.
3. Jenjang pendidikan menengah meliputi sekolah menengah atas (SMA),
madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan antara lain SMEA, STM, SMIP,
SPG, SGA, SGO termasuk sekolah kejuruan yang dikelola otah departemen lain
selain Depdiknas.
4.
Jenjang perguruan tinggi
meliputi :
·
Program gelar, yaitu yang
memberikan pada pembentukan keahlian akademik, yaitu keahlian yang berkaitan
dengan penelitian dan pengembangan, peningkatan/penerapan konsep, dan metode operasional
dalam suatu bidang ilmu, teknologi atau seni yang dikelola oleh suatu perguruan
tinggi, mencakup pendidikan sarjana muda, pendidikan sarjana//strata 1 (S1),
pendidikan pasca sarjana/strata II (S2) dan pendidikan doctor/strata III (S3).
·
Program non gelar, yaitu
program yang memberikan tekanan pada pembentukan keahlian professional, seperti
keahlian yang menekankan pada keterampilan dan penerapan suatu bidang ilmu
pengetahuan, teknologi atau seni dalam pekerjaan. Program ini mencakup
pendidikan diploma I (DI), pendidikan diploma II (DII), pendidikan diploma III
(DIII) dan pendidikan diploma IV (DIV), pendidikan spesialis I (Sp I),
pendidikan spesialis II (SP II). (Susenas, 2005).
BAB IV
TUJUAN PENELITIAN
A. Tujuan
Umum
Untuk
mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang perawatan payudara pada masa hamil
di wilayah kerja puskesmas Sungai Tabuk Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.
B.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu hamil tentang
perawatan payudara pada hamil berdasarkan umur.
2. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu hamil tentang
perawatan payudara pada masa hamil
berdasarkan pendidikan.
3. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu hamil tentang
perawatan payudara pada masa hamil berdasarkan paritas.
4. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu hamil tentang
perawatan payudara pada masa hamil berdasarkan pekerjaan.
5.
Untuk
mengetahui distribusi pengetahuan ibu hamil tentang perawatan payudara selama
kehamilan berdasarkan sumber informasi.
BAB V
METODE PENELITIAN
Metode
penelitian merupakan cara yang akan dilakukan dalam proses penelitian (Aziz,
2007).Pada bab ini akan dibahas mengenai desain penelitian populasi dan sampel,
waktu dan tempat, kerangka kerja, variabel penelitian, definisi operasional,
instrumen penelitian, pengumpulan data dan analisa data.
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian
adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan
dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses
penelitian (Nursalam, 2008).
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau
memaparkan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perawatan payudara pada masa
hamil.
B.
Populasi dan Sampel Penelitian
1.
Populasi Penelitian
Populasi merupakan seluruh subjek atau
objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Aziz,2007;32).
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu
hamil yang ada di Wilayah Kerja
Puskesmas Sungai Tabuk 45 orang.
2.
Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian
populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang
dimiliki oleh populasi (Aziz,2007;32).
a.
Besar Sampel
Ibu hamil yang ada di Wilayah kerja
Puskesmas Sungai Tabuk Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan sebanyak 45 orang.
b.
Cara Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel yang digunakan
peneliti adalah sampling jenuh (total populasi). Sampling jenuh adalah cara
pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel
(Aziz,2007;34).
Sampel yang diteliti dari penelitian ini
adalah ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tabuk
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tabuk Kabupaten Banjar Kalimantan
Selatan.
D.
Waktu Penelitian
Penelitian
di lakukan dari bulan Mei sampai dengan Oktober 2012.
F. Prosedur Pengumpula Data
Data yang diperlukan dalam penelitian
ini diperoleh dari:
1.
Data Primer
Data primer yaitu kuesioner yang diisi
sendiri oleh responden dan observasi yang dilakukan oleh peneliti, serta hasil
wawancara.
2.
Data Sekunder
Data sekunder didapat dari buku laporan
harian dan status pasien di puskesmas sungai tabuk kabupaten banjar Kalimantan
Selatan.
G. Metode Pengolahan dan
Analisis Data
1.
Pengolahan Data
Proses pengolahan data dalam penelitian
ini dengan tahapan sebagai berikut :
a. Editing yaitu mengoreksi jawaban yang telah diberikan responden,
apabila ada data yang salah/kurang segera dilengkapi.
b.
Coding yaitu pemberian kode pada atribut variabel
penelitian untuk memudahkan dalam pengolahan data. Proses pengolahan data
variabel-variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk pengukuran bobot nilai kuesioner variabel pengetahuan responden dilakukan dengan cara sebagai berikut :
jawabannya ‘benar” maka skor 1 (satu), namun jika jawabannya “salah” skor 0 (nol). Kemudian dipersentasekan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
100 %
|
Keterangan :
P : jumlah
persentase
f : jumlah
skor yang didapat
n : jumlah
pertanyaan
Setelah persentase diketahui, kemudian hasilnya diinterpretasikan dengan
klasifikasi nilai dan kategori pengetahuan ibu hamil tentang perawatan payudara selama kehamilan sebagai berikut :
Tabel 5.1.
Klasifikasi nilai dan kategori pengetahuan ibu hamil tentang
Perawatan payudara selama kehamilan
Klasifikasi
Nilai
|
Kategori
Pengetahuan
|
76% - 100%
|
Baik
|
56% – 75%
|
Cukup
|
< 56%
|
Kurang
|
c. Tabulasi data yaitu pengelompokan data dalam
suatu data tertentu menurut sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan
penelitian.
d. Entry data yaitu Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi.
2.
Analisis Data
Analisa data dilakukan secara univariat dengan
melihat jumlah persentase data yang telah terkumpul dan disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi kemudian dilakukan pembahasan dengan menggunakan
teori dan kepustakaan yang ada lalu ditarik suatu kesimpulan. Untuk analisis, meggunakan pendekatan cross sectional (potong silang)
ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat.
BAB VI
JADWAL PELAKSANAAN
NO
|
KEGIATAN
|
Mei /minggu
|
Juni
/minggu
|
Juli
/ Minggu
|
Agustus
/ Minggu
|
||||||||||||||||
|
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
Survey ke
lapangan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Persiapan
referensi penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Pengiriman
proposal penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Penyebaran
kuesioner
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Pengeditan
Jawaban Responden
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Memasukkan
Data Ke Komputer
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Membuat
laporan penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
Mempresentasikan
hasil penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
BAB VII
PERSONALIA PENELITIAN
Ketua Penelitian : Susilawati
Anggota : Nahdah
Tim Survey : 1. Annisa Melhanah
2. Carolins
3. Desi Rahmadewi
4. Husnul Khatimah
BAB VIII
PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN
Biaya yang
digunakan dalam penelitian ini sebesar Rp. 4.000.000,- ( terbilang : empat
juta rupiah,- ).
Terdiri dari :
1.
Persiapan
Refensi :
Rp. 750.000,-
2.
Survey
tempat penelitian :
Rp. 200.000,-
3.
Persiapan
penggandaan kuesioner :
Rp. 250.000,-
4.
Pembagian
kuesioner :
Rp. 300.000,-
5.
Pengolahan Data :
Rp. 400.00,-
6.
Pembuatan
laporan :
Rp. 500.000,-
7.
Transportasi
peneliti :
Rp. 400.000,-
8.
Konsumsi
peneliti :
Rp. 1.000.000,-
9.
Persentasi
Hasil Penelitian :
Rp. 200.000,-
BAB IX
HASIL PENELITIAN
A. GAMBARAN UMUM
1.
Letak Goegrafis wilayah kerja Puskesmas Sungai Tabuk
Puskesmas
Wilayah Kecamatan Sungai Tabuk berada pada wilayah Kecamatan Sungai Tabuk dengan
sasaran 12 Desa dengan luas wilayah 8.524 Km2. Sebagian wilayah
kerja terdiri dari dataran rendah dan rawa – rawa. Ada 5 desa berada pada
daerah aliran sungai yaitu tajau landing, keliling benteng ilir, sungai
bangkal, pejambuan dan lok buntar. Berdasarkan letak geografis batas wilayah
kerja Puskesmas Sungai Tabuk yaitu :
·
Sebelah Utara :
Wilayah Puskesmas Lok Baintan, Kec. Sungai Tabuk
·
Sebelah Selatan : Wilayah Puskesmas Gambut, Kec.
Gambut
·
Sebelah Timur : Wilayah puskesmas Sungai Rangas,
Kec. Martapura.
·
Sebelah Barat : Wilayah Puskesmas Sungai Lulut
Kec. Banjarmasin
Tabel 9.1
Luas Desa – Desa berdasarkan Desa
Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk
NO
|
DESA
|
LUAS WILAYAH Km2
|
1
|
Sungai Tabuk Kota
|
4,29
|
2
|
Sungai Tabuk Keramat
|
4
|
3
|
Pematang Panjang
|
7
|
4
|
Gudang Hirang
|
13
|
5
|
Gudang Tengah
|
2,85
|
6
|
Pemakuan
|
3,05
|
7
|
Pejambuan
|
8
|
8
|
Lok Buntar
|
6,75
|
9
|
Keliling Benteng Ilir
|
17
|
10
|
Sungai Bangkal
|
8
|
11
|
Tajau Landung
|
6,30
|
12
|
Abumbun Jaya
|
5
|
2.
Ketenagaan Puskesmas
Keadaan tenaga kerja di
Puskesmas Sungai Tabuk Tahun 2011 terdiri dari beberapa susunan tenaga medis,
yaitu :
Tabel 9.2
Jumlah Tenaga Puskesmas Sungai Tabuk
JENIS TENAGA
|
JUMLAH (jiwa)
|
Dokter Umum
|
3
|
Dokter Gigi
|
1
|
Sarjana Kesehatan
Masyarakat
|
2
|
Perawat
|
12
|
Perawat Gigi
|
2
|
Bidan Puskesmas
|
4
|
Bidan Desa
|
12
|
Asisten Apoteker
|
1
|
Pranata Laboratorium
|
2
|
Nutrisionis
|
1
|
Sanitarian
|
1
|
Pekarya Kesehatan
|
1
|
Honorer
|
1
|
3.
Kegiatan Program Kerja Puskesmas
Dalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas Sungai
Tabuk melaksanakan program kerja Puskesmas secara terpadu, artinya dalam
melaksanakan yang ada di Puskesmas dilakukan secara bersama-sama dengan program
lain yang terkait yang ada di Puskesmas. Program Kerja Puskesmas tersebut
meliputi :
1) Pelayanan KIA dan KB
2) Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM)
3) Pelayanan Gizi
4) Program Perawatan Kesehatan Masyarakat (PHN)
5) Pelayanan Pengobatan Umum
6) Pelayanan obat (apotik)
7) Program Kesehatan Lingkungan
8) Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
9) Program Imunisasi
10) Pelayanan Administrasi dan Tata usaha
11) Program Pelayanan Pengobatan Gigi
12) Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
13) Program Pelayanan Laboratorium.
B.
HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
pengetahuan ibu hamil tentang perawatan
payudara di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk dengan 45 responden data
didapat melalui kuesioner yang diisi oleh responden yang hasilnya disajikan
dalam table distribusi frekuensi.
1.
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Untuk mendapatkan gambaran tentang Umur responden
pada penelitian ini maka dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori umur yaitu umur
< 20 tahun, umur 20 – 35 tahun dan umur
>35 tahun. Gambaran kategori umur dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel. 9.3
Distribusi Responden
Berdasarkan Umur tentang Perawatan Payudara di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai
Tabuk Tahun 2012
Umur
|
Jumlah ( orang )
|
Persentase
|
< 20 tahun
|
2
|
4,4
|
20 – 35 tahun
|
41
|
91,1
|
> 35 tahun
|
2
|
4,4
|
Total
|
45
|
100
|
Berdasarkan tabel 9.3, bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 41
orang atau 91,1% pada rentang umur 20 – 35 tahun.
2.
Karakteristik Responden berdasarkan Paritas
Paritas ibu pada
penelitian ini dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu : primipara, Multipara
dan Grandemultipara. Gambaran paritas ibu dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel. 9.4
Distribusi Responden
Berdasarkan Paritas tentang Perawatan Payudara di Wilayah Kerja Puskesmas
Sungai Tabuk Tahun 2012
Paritas
|
Jumlah ( orang )
|
Persentase
|
Primipara
|
19
|
42,2
|
Multipara
|
24
|
53,3
|
Grandemultipara
|
2
|
4,4
|
Total
|
45
|
100
|
Berdasarkan tabel. 9.4, menyatakan bahwa
sebagian besar responden yaitu sebanyak 24 ibu atau 53,3% dengan paritas
multipara atau ( 2 – 3 anak ).
3.
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Ibu pada penelitian ini
dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu Tinggi (SMU – PT), Sedang (SMP) dan
rendah ( SD ). Gambaran pendidikan Ibu dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel. 9.5.
Distribusi Responden
Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk Tahun 2012
Pendidikan
|
Jumlah ( orang )
|
Persentase
|
Tinggi
|
15
|
33,3
|
Sedang
|
16
|
35,6
|
Rendah
|
14
|
31,1
|
Total
|
45
|
100
|
Berdasarkan tabel. 9.5, Bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak
16 orang atau 35,6% memiliki pendidikan sedang yaitu SMP atau Tsanawiyah.
4.
Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan tentang perawatan
payudara.
Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan
responden tentang perawatan payudara dengan pertanyaan sebanyak 25 buah. Adapun
jawaban responden dikategorikan menjadi 3 (tiga) yaitu : Baik, apabila jawaban
responden benar sebanyak 76 – 100%. Cukup, apabila jawaban responden benar
sebanyak 56 – 75 % dan Kurang, apabila jawaban jawaban responden benar sebanyak
< 56%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel. 9.6
Distribusi Responden
tentang Pengetahuan Perawatan Payudara di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk
Tahun 2012
Pengetahuan
|
Jumlah ( orang )
|
Persentase
|
Baik
|
19
|
42,3
|
Cukup
|
20
|
44,4
|
Kurang
|
6
|
13,3
|
Total
|
45
|
100
|
5.
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perawatan Payudara Pada Masa
Hamil Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk Tahun 2012
Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan Ibu
berdasarkan umur, maka tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori yaitu
baik, cukup dan sedang, sedangkan umur ibu dibagi menjadi 3 kategori yaitu <
20 tahun, 20 – 35 tahun dan > 35 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat
pada tabel berikut:
Tabel.
9.7.
Distribusi
Tingkat Pengetahuan Ibu Berdasarkan Umur Ibu
Umur
|
Tingkat
Pengetahuan
|
N
|
%
|
|||||
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
||||||
N
|
%
|
N
|
%
|
N
|
%
|
|||
< 20 tahun
|
1
|
50
|
0
|
0
|
1
|
50
|
2
|
100
|
20 – 35 tahun
|
16
|
39,0
|
20
|
48,8
|
5
|
12,2
|
41
|
100
|
> 35 tahun
|
2
|
100,0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
100
|
Total
|
19
|
42,2
|
20
|
44,4
|
6
|
13,3
|
45
|
100
|
Hasil penelitian didapatkan bahwa di antara
41 responden yang berumur 20 – 35 tahun terdapat sebanyak 20 orang atau 48,8%
yang memiliki pengetahuan cukup. Dari 2 responden yang berumur < 20 tahun
terdapat sebanyak 1 orang atau 50% yang memiliki pengetahuan baik. Sedangkan
dari 2 responden yang berumur 35 tahun terdapat sebanyak 2 responden atau 100%
yang memiliki pengetahuan baik. Dari hasil tersebut secara persentasi, responden
yang berumur 20 – 35 tahun lebih banyak memiliki pengetahuan cukup tentang
perawatan payudara dibandingkan responden yang berukur < 20 tahun dan >
35 tahun.
6.
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perawatan Payudara Pada Masa
Hamil Berdasarkan Paritas di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk Tahun 2012
Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan Ibu berdasarkan paritas,
maka tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup dan
sedang, sedangkan paritas ibu dibagi menjadi 3 kategori yaitu primipara,
multipara dan grandemultipara. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel
berikut:
Tabel.
9.8.
Distribusi
Tingkat Pengetahuan Ibu Berdasarkan Paritas Ibu
Paritas
|
Tingkat
Pengetahuan
|
N
|
%
|
|||||
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
||||||
N
|
%
|
N
|
%
|
N
|
%
|
|||
Primipara
|
8
|
42,1
|
8
|
42,1
|
3
|
15,8
|
19
|
100
|
Multipara
|
9
|
37,5
|
12
|
50,0
|
3
|
12,5
|
24
|
100
|
Grandemultipara
|
2
|
100,0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
100
|
Total
|
19
|
42,2
|
20
|
44,4
|
6
|
13,3
|
45
|
100
|
Hasil penelitian didapatkan bahwa di antara24
responden yang paritasnya multipara terdapat sebanyak 12 orang atau 50,0% yang
memiliki pengetahuan cukup. Dari 8 responden yang paritasnya primipara ada
sebanyak 8 orang atau 42,1% yang memiliki pengetahuan cukup. Sedangkan dari 2
responden yang paritasnya grandemultipara terdapat sebanyak 2 responden yang memiliki pengetahuan baik. Dari hasil
tersebut secara persentasi, responden yang paritasnya multipara lebih banyak
memiliki pengetahuan cukup tentang perawatan payudara dibandingkan responden
yang paritasnya primipara dan grandemultipara.
7.
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perawatan Payudara Pada Masa
Hamil Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk Tahun 2012
Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan Ibu berdasarkan pendidikan,
maka tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup dan
sedang, sedangkan umur ibu dibagi menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang dan
rendah. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel.
9.9.
Distribusi
Tingkat Pengetahuan Ibu Berdasarkan Pendidikan Ibu
Pendidikan
|
Tingkat
Pengetahuan
|
N
|
%
|
|||||
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
||||||
N
|
%
|
N
|
%
|
N
|
%
|
|||
Tinggi
|
6
|
40,0
|
7
|
46,7
|
2
|
13,3
|
15
|
100
|
Sedang
|
5
|
31,3
|
10
|
62,5
|
1
|
6,3
|
16
|
100
|
Rendah
|
8
|
57,1
|
3
|
21,4
|
3
|
21,4
|
14
|
100
|
Total
|
19
|
42,2
|
20
|
44,4
|
6
|
13,3
|
45
|
100
|
Hasil penelitian
didapatkan bahwa di antara 16 responden yang pendidikannya sedang ada sebanyak
10 orang atau 62,5% yang memiliki pengetahuan cukup. Dari 15 responden yang
pendidikannya tinggi ada sebanyak 7 orang atau 46,7% yang memiliki pengetahuan
cukup. Sedangkan dari 14 responden yang pendidikannya rendah ada sebanyak 3
responden yang memiliki pengetahuan
cukup. Dari hasil tersebut secara persentasi, responden yang pendidikannya
sedang lebih banyak memiliki pengetahuan cukup tentang perawatan payudara
dibandingkan responden yang pendidikannya tinggi dan rendah.
Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa semakin baik pendidikan ibu hamil,
ada kecenderungan pengetahuan tentang
perawatan payudara selama kehamilan
semakin baik pula.
C. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian pada
tabel 9.6. yaitu Distribusi frekuensi
berdasarkan tingkat pengetahuan responden rata-rata memiliki tingkat
pengetahuan cukup sebanyak 20 orang (44,4%).
Menurut Notoatmodjo
(2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang
melakukan pengderaan terhadap obyek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Pengetahuan kesehatan (health
knowledge) yaitu hal – hal yang berkaitan dengan pengetahuan seseorang
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk tindakan untuk
mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, segala pengetahuan
tentang tanda dan gejala suatu penyakit serta bagaimana cara menangani suatu
kejadian secara rasional.
Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa mayoritas pengetahuan ibu hamil tentang perawatan payudara
di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk Kabupaten Banjar Tahun 2012 dalam
kategori cukup.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan ibu tentang perawatan
payudara selama kehamilan diantaranya adalah faktor umur, paritas dan pendidikan.
1. Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang cukup dominan terhadap
pembentukan perilaku seseorang. Umur mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada
penelitian tabel 9.3. didapatkan umur 20 – 35 tahun sebanyak 41 orang ( 91,1%),
pada usia ini para ibu dianggap pada usia yang pola pikir dan daya tangkapnya
bagus terhadap informasi yang diberikan sehingga dapat meningkatkan
pengetahuannya, ibu akan dianggap semakin mampu mengambil keputusan semakin
bijaksana dan semakin mampu berpikir secara rasional. Akan tetapi ada juga ibu
yang berumur < 20 tahun sebanyak 2 orang (4,4%). Sehingga hal
ini sangat mempengaruhi kurangnya pengetahuan ibu karena pola pikir dan daya
tangkap ibu yang di anggap belum bagus. Ibu yang yang berumur dewasa secara
otomatis ia akan memiliki pengetahuan yang lebih baik dari pada ibu yang masih
muda.
Hasil penelitian didapatkan bahwa di
antara 41 responden yang berumur 20 – 35 tahun terdapat sebanyak 20 orang atau
48,8% yang memiliki pengetahuan cukup. Dari 2 responden yang berumur < 20
tahun terdapat sebanyak 1 orang atau 50% yang memiliki pengetahuan baik.
Sedangkan dari 2 responden yang berumur 35 tahun terdapat sebanyak 2 responden
atau 100% yang memiliki pengetahuan baik.
Berdasarkan distribusi tersebut
dapat disimpulkan bahwa mayoritas ibu hamil kelompok umur 20 – 35 tahun sebanyak 20
orang (48,8%) memiliki pengetahuan
tentang perawatan payudara selama kehamilan dalam kategori cukup.
2. Paritas
Dari hasil penelitian
pada tabel 9.4. distribusi berdasarkan paritas ibu tentang perawatan payudara
selama masa hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk diperoleh data bahwa
paritas terbanyak multipara sebanyak 24 orang (53,3%).
Hasil penelitian didapatkan bahwa di
antara24 responden yang paritasnya multipara terdapat sebanyak 12 orang atau
50,0% yang memiliki pengetahuan cukup. Dari 8 responden yang paritasnya
primipara ada sebanyak 8 orang atau 42,1% yang memiliki pengetahuan cukup.
Sedangkan dari 2 responden yang paritasnya grandemultipara terdapat sebanyak 2
responden yang memiliki pengetahuan baik.
Paritas didefinisikan
sebagai keadaan melahirkan anak baik hidup ataupun mati, tetapi bukan aborsi
tanpa melihat jumlah anaknya. Menurut peneliti, jumlah paritas seorang ibu yang
mempunyai anak lebih dari 1 memiliki pengalaman lebih banyak dibandingkan
dengan ibu yang baru pertama kali mempunyai anak. Pengetahuan tentang bagaimana
mengahadapi suatu permasalahan terutama masalah kesehatan ibu yang
berpengalaman lebih bisa dalam mengatasi masalah tersebut.
Hasil penelitian ini
hampir sama pula dengan hasil penelitian Muridah (2011), yang menyatakan bahwa
responden yang mempunyai paritas terbanyak multipara sebanyak 18 orang (83,6%)
dan paritas terkecil yaitu grandemultipara sebanyak 2 orang (3,4%).
2. Tingkat Pendidikan Ibu
Dari hasil penelitian
pada tabel 9.5. Distribusi frekuensi
berdasarkan pendidikan ibu tentang perawatan payudara pada masa hamil di
Wilayah Puskesmas Sungai Tabuk diperoleh data bahwa tingkat pendidikan
terbanyak yaitu dalam kategori sedang. ( SMP) sebanyak 16 orang ( 35,6%) dan
tingkat pendidikan yang paling sedikit ditemukan pada responden yang
berpendidikan rendah ( SD ) sebanyak 14 orang (31,1 %).
Hasil penelitian
didapatkan bahwa di antara 16 responden yang pendidikannya sedang ada sebanyak
10 orang atau 62,5% yang memiliki pengetahuan cukup. Dari 15 responden yang
pendidikannya tinggi ada sebanyak 7 orang atau 46,7% yang memiliki pengetahuan
cukup. Sedangkan dari 14 responden yang pendidikannya rendah ada sebanyak 3
responden yang memiliki pengetahuan
cukup.
Pendidikan adalah suatu
usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar
sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan
maka akan semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Pendidikan berarti
bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju
kea rah suatu cita – cita tertentu. Makin tinggi pendidikan seseorang, maka
makin mudah memperoleh dan menerima informasi sehingga kemampuan ibu dalam
berpikir lebih rasional (Irmayanti, 2007).
Menurut peneliti, factor
tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan ibu,
mengingat bahwa pendidikan dapat mempengaruhi daya intelektual seseorang dapat
memutuskan dalam suatu hal, pendidikan ibu rendah menyebabkan daya
intelektualnya juga masih terbatas sehingga perilakunya masih dipengaruhi
keadaan lingkungan sekitarnya.
BAB X
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian
setelah dilakukan analisis dari judul yang diteliti yaitu pengetahuan ibu
tentang perawatan payudara selama hamil di Wilayah Puskesmas Sungai Tabuk
Kabupaten Banjar Tahun 2012, maka dapat dibuat kesimpulan yang merupakan
jawaban atas rumusan masalah dan tujuan dari penelitian adalah sebagian besar Ibu
atau responden 20 (44,4%) memiliki
tingkat pengetahuan cukup dibandingkan tingkat pengetahuan baik 19 responden (42,3%) dan kurang 6 responden (13,3%).
Adapun tingkat pengetahuan ibu berdasarkan umur maka ditemukan bahwa di antara
41 responden yang berumur 20 – 35 tahun ada sebanyak 20 orang atau 48,8% yang
memiliki pengetahuan cukup. Tingkat pengetahuan ibu berdasarkan paritas maka
didapatkan di antara24 responden yang paritasnya multipara ada sebanyak 12
orang atau 50,0% yang memiliki pengetahuan cukup. Sedangkan tingkat pengetahuan
ibu berdasarkan pendidikan didapatkan bahwa di antara 16 responden yang
pendidikannya sedang ada sebanyak 10 orang atau 62,5% yang memiliki pengetahuan
cukup.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan
tersebut, maka saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi Ibu
Untuk lebih meningkatkan
pengetahuan mengenai perawatan payudara selama masa hamil dengan cara mengikuti
berbagai macam pendidikan promosi kesehatan yang diadakan saat Posyandu maupun
secara tidak langsung melalui media elektronik dan media lainnya.
2. Bagi Profesi Kebidanan
Agar lebih memaksimalkan
peran dan fungsi bidan dalam memberikan kesehatan tentang perawatan payudara
dan bahaya yang akan ditimbulkan apabila tidak melakukan perawatan dan
menekankan pada perioritas pada ibu dengan latar belakang pendidikan SD dan
SMP.
3. Bagi Tenaga Kesehatan dan Puskesmas
Hendaknya penelitian ini
dapat digunakan sebagai cara untuk mengeffektifkan pelayanan Posyandu, Pusling
dan petugas kesehatan dapat memberikan penjelasan tentang perawatan payudara.
4.
Bagi Akbid Banua Bina Husada
Dalam kegiatan pengabdian
masyarakat, hendaknya Akbid Banua Bina Husada memperbanyak leaflet tentang
perawatan payudara untuk ibu – ibu khususnya, masyarakat pada umumnya.
5.
Bagi peneliti lain.
Perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut dengan waktu penelitian yang lebih lama dan desain penelitian yang
berbeda yang bersifat survey analitik,
sehingga dapat diketahui factor – factor lainnya yang berhubungan dengan
pengetahuan ibu tentang perawatan payudara selama masa kehamilan sehingga hasil
penelitian dapat digeneralisasikan.